Andrina
Cerpen George Mackay
Brown
ANDRINA biasa datang berkunjung di senja
musim dingin, sebelum hari gelap.
Dia akan menyalakan lampu, menghidupkan perapian,
dan memeriksa air minum. Jika aku sakit
(meskipun cukup jarang, karena aku seorang pelaut tua yang cukup kuat) dia
cerewet. Dia akan meletakkan lebih
banyak suluh ke perapian, mengisi botol minum dengan air panas, memakaikan baju
hangat wol tebal ke tubuhku. Setelah dia pergi, aku melepaskan baju hangat
itu dan meminum toddy (wiski dengan air panas dan gula).
Akhir Februari tahun lalu aku torserang demam
yang cukup berat. Sakit paling burak
yang pernah aku derita. Aku terbangun
dengan tubuh menggigil, merangkak tunm dari tempat tidur untuk menyiapkan sarapan
pagi dengan napas terengah-engah entah kenapa, sepertinya ada yang menghambat
jalur napasku. Kupaksakan diri untuk
makan dan minum teh hangat. Pagi itu aku
tidak bisa melakukan apa-apa selain terbaring di tempat tidur. Aku paksakan membaca buku. Tetapi ini juga
tidak membuatku nyaman. Kepalaku sangat
berat. Hari ini Andrina akan datang
sekitar jam lima atau enam. Meskipun dia
tidak akan bisa melakukan apa pun untuk meringankan sakitku, aku akan senang
mehhatnya.
Sayang Andrina tidak muncul. Aku
mengharapkan dia datang. Kubayangkan
dia membuka pintu pelan-pelan, lalu kudengar sapaan yang lemah lembut. Barangkah ia akan menyatakan dengan manis
ketidaksetujuan-seperti yang biasa di lakukannya-terhadap hal-hal yang
dilihatnya setelah ia menyalakan lampu.
Ruangan ini memang sangat berantakan.Ibh o.rang sakit tidak akan peduli
Ongan apa pun di sekelilingnya. Aamun
sampai hari gelap, Ancthna tidak datang. Barangkali ada alasan yang membuatnya tldak
bisa datang. Aku tetap menunggunya
sampai tertidur. @ Aku terbangun pada saat silau idatahari masuk dari
jendela. Tlenggor-okanku kering. Mukaku panas bagai terbakar. Kepalaku bertambah berat. Aku bangkit mengambil air minum dan kembah
ke tempat tidur. Gigiku
menggelutuk. Dalam keadaan menggigil,
aku kembali tertidur dan bangun menjelang sore.. Sore ini Andrina pasti
datang. Hart ini ada hal-hal yang harus
dilakukan Andrina: membeli aspirin, menyelimuti tubuhku, atau menuang
minuman. Tetapi dia tidak datang. Dia juga tidak datang di senja ketiga.
Aku terbangun. Gemetar Malam
sangat gelap. Angin berhembus dari
cerobong asap. Ada percikan air hujan
di jendela. Bagiku ini malam terpanjang
yang aku rasakan dalam hidupku.
Saat terbangun aku mendengar untuk pertama kalinya sejak empat hari
lalu, suara seseorang. Itu suara
Stanley, tukang pos yang berbicara pada anjing milik tetangga sebelah. "Ada paket katalog buat Minnie. Bilang pada Minnie ada surat cinta
buatnya. Ayo panggil! Bagus!
Anjing pintar. Hai Minnie kamu di
situ? Aku takut Ben si tua ada di sini
dan mendampratku. Ya, Minnie, hall ini
sangat cerah......
Aku tidak pernah menyukai tukang pos itu. Tetapi pagi ini dia lewat ke depan
jendelaku. Dia membuka pintu tanpa mengetuk
lebih dulu.
"Ada surat dari tempat yarig sangat jauh, pelaut! " Dia meletakkan surat itu di kursi
dekat pintu.
"Aku lagi sakit, aku khawatir tidak bisa....... kataku. Suaraku teramat pelan. Tukang pos itu melihat perapian yang padam
dan jendela yang tertutup. "Wow,
ruangan ini apek. Ingin udara
segar?" lalu dia menutup pintu dan pergi.
Aku teringat Kapten Scott yang menulis beberapa kalimat terakhir di
tenda Antartika.
Pada saat sakit seperti ini aku merana.
Aku kasihan pada nasib diri.
Teman-teman pergi meninggalkan aku.
Aku dikhianati dan dibuang pada saat terpuruk. Tetapi aku harus tegar. Seorang pelaut tua yang kuat sepertiku tidak
mudah begitu saja menyerah. Aku berkata
"Torvald, kamu ini mengharapkan apa?
Apa yang kamu inginkan pada seorang gadis dua puluh satu tahun yang
sangat menarik hati. Coba pikir dengan
cara ini. Andrina, dengan kebaikan dan
perhatiannya, sudah menghabiskan musim dinginnya bersamamu. Gadis itu telah membawa sinar terang di waktu
gelapmu. Karena suatu alasan ia tidak
datang beberapa hari ini. Aku harus menemukan alasan ketidakhadirannya
sekarang."
Aku memutuskan untuk turun daritempat tidur dan pergi ke pusat
desa. Sekalian mengambil uang pensiun
ke kantor pos dan membeli persediaan makanan.
Dua mil beijalan dengan susah payah sungguh membuatku tersiksa.
Temyata akti tidak tahu apa-apa pun tentang Andrina. Aku tidak pemah menanyakan apa pun dan dia
tidak pemah menceritakan apa pun. Siapa
ibunya, siapa bapaknya, berapa saudaranya, di mana dia tinggal. Hal-hal itu tak pemah terlintas dalam
percakapan kanii. Bagiku sudah cukup dia
datang setiap sore menjelang malam dengan menunjukkan perhatian dan dukungannya,
berlama-lama sebentar dan pergi dengan meninggalkan kedamaian di hati.
Musim dingin lalu dia bertanya tentang diriku. Semua hal yang baik, buruk, dan menyenangkan
yang pemah aku alami. Aku
menceritakannya. Seorang laki-laki tua
selalu menyukai masa lalunya. la akan menceritakan dengan bersemangat
seakan-akan semua masa lalunya itu penting untuk diketahui. Aku menggambarkan diriku di masa muda sebagai
seorang pemuda pemberani yang juga sembrono.
Karakterku perpaduan antara karakter Kapten Cook dan Kapten Hook. Aku juga menambahkan petualanganku dengan
figur-figur menakutkan di begitu banyak pelabuhan dari Hongkong, Durban, sampai
San Fransisco. Andrina menyukai
ceritaku. Dia akan mengecilkan sumbu
lampu, mengatur perapian lebih kecil untuk menciptakan suasana lebih
niisterius. Di antara berbagai
pengalaman yang aku ceritakan, ada satu episode yang tidak kuceritakan dengan
lengkap. Episode menyakitkan dalam
hidupku, kapan pun aku pikirkan itu.
Episode itu tetap menghantui di saat aku sakit seperti sekarang.
Di sore terakhir Andrina bersamaku, dia duduk dekat perapian, Aku
bercerita. Sebelum ceritaku
selesai-seakan Andrina tabu akhir cerita yang menyedihkan-tiba-tiba Andrina
menatapku dengan hambar. Ia memberikan
ciuman di pipi. Lalu dia pergi.
Ceritanya berawal dari sebuah pulau, lima puluh tahun lalu. Alkisah ada sepasang anak muda yang tengah
dimabuk asmara. Seusai pesta dansa di
suatu musim panas, mereka berjalan bergandengan tangan melintasi bukit batu,
menikmati senja yang menakjubkan, dan memandangi matahari tenggelam di pesisir
laut. Mereka bertemu di persimpangan
jalan, di toko, kampung, di sisi bukit.
Tetapi dari tempat-tempat pertemuan itu, mereka lebih menyukai pertemuan
di pantai. Di sana mereka bisa bebas
berdua. Tak ada orang lain mengganggu,
kecuali teriakan burung laut dan debur ombak.
Mereka bertemu dari malam satu ke malam lainnya dan bercinta.
Di suatu senja di salah satu gua pesisir pantai, si gadis mengatakan
suatu rahasia dengan gemetar. Si pemuda
menggeleng dan berpaling. Dia menatap seakan
si gadis seorang pelacur liar. Dia pergi
meninggalkan si gadis dan berlari sepanjang pesisir pantai sampai ke tepi
jalan. Tanpa pemah menoleh lagi.
Dia kemudian menjadi pelaut yang berpetualang melintasi benua: Kanada,
Australia, Afrika Selatan. Dia pergi ke
mana pun untuk menghindari si gadis yang terus mengikuti dengan segenap
cintanya. Waktu terus bergulir sampai
tiba rambut-rambut putih tumbuh. Dia
kembali pulang. Berharap lima puluh
musim dingin yang dilaluinya akan berhasil menyembuhkan luka lama. Dia menaiki bukit berbatu dan melihat ke
sekeliling. Dalam kehampaan dia ingat
wajah seorang wanita yang pemah ada dan kemudian pudar dalam hidupnya.
Tina Stewart adalah pegawai pos yang mengetahui setiap orang dan segala
sesuatu di pulau ini. Aku
mendekatinya. Aku ingin tabu apa saja
berita yang beredar belakangan ini: apakah ada orang yang tiba-tiba sakit? Apakah ada seseorang-misalnya seorang
perempuan mudamendadak meninggalkan pulau ini untuk alasan apa pun? 'hna Stewart menatapku dengan mata
menyelidik.
“Tidak," katanya. "Tak
ada satu pun yang datang atau pergi. Hanya kamu, Kapten 'Torvald, yang tinggal
sepanjang hari di tempat tidur. Coba perhatikan
kesehatanmu sendiri. Kamu sendirian di
nimah. Wajahmu pucat..."
Aku bertanya barangkali dia tabu daerah pertanian di mana Andrina
tinggal. Tina Stewart menatapku
sejenak. Lalu menggeleng. Sepanjang pengetahuannya tidak ada seorang
pun dengan nama itu di sini. Dan tidak
pemah ada. Aku beranjak dengan tangan
gemetar. Aku perlu minuman segar. Di suatu bar kecil aku melihat Isaac Irving
pemilik bar. Aku juga menanyakan
Andrina kepadanya.
"Andrina selalu datang setiap senja ke rumahku, untuk menata
rumah, memasak, dan mencuei untukku.
Sudah seminggu lebih ini dia tidak muncul. Kamu tahu tentang gadis ini?"
Isaac menatapku seakanakan aku sudah kehilangan akal. "Seorang per-empuan muda datang ke
rumah kau? Menyelesaikan pekerjaan
rumah? Betulkah? Aku betul-betul tidak tahu. Berapa banyak gelas minuman yang kau
habiskan sebelum ke sini, pelaut?" Aku minum gelas keempat dan bersiap
pergi.
"Sorry, pelaut," kata Isaac.
"Aku sarankan, saat kau demam, kau bayangkan saja gadis itu, siapa
pun namanya. Satusatunya perempuan yang
aku lihat pada saat aku demam adalah iblis betina. Kau masih untung, memimpikan seorang Andrina."
Isaac Irving tahu pulau ini beserta semua penduduknya. Bahkan lebih tabu dari Tina Stewart.
Sampai di rumah aku mendapatkan secarik surat yang tergeletak di atas
meja. Surat itu bercap pos Australia:
"Aku mengikutimu dan Selskay mengikuti arah putaran dunia
sampai akhimya berhenti di Tasmania.
Setelah aku sadar, tak ada gunanya bagiku untuk pergi lebih jauh
mencarimu. Aku menyimpannya
sendiri. Aku tak ingin kamu
terganggu. Aku ti dak ingin kamu
menderita sepertiku. Selama bertahun-takun. Kita berdua sudah tua. Aku menulis ini mungkin sia-sia, Karena
mungkin saja kamu tidak kembali ke Selskay atau barangkali kamu sudah sirna
seperti debu atau membeku bersama garam laut.
Jika kamu masih hidup (dan aku pikir kamu kesepian), barangkali
suratku akan membuatmu bahagia, meskipun akhir cerita ini menyedihkan. Tetapi
inilah kehidupan. Anak perempuanmu anak
kita-aku tidak ingin mengatakan apa pun karena kamu tidak ingin mengenal dan
mengakuinya. Aku ingin mengatakan satu
hal padamu: anak itu telah memiliki anak perempuan yang telah memberiku nuansa
kebahagiaan. Bagiku, ia adalah pelita
kebahagiaan. Aku harus berterima kasih
padamu yang telah memberikan pelita yang juga melahirkan pelita. Ia juga menjadi pelitamu di musim
dingin. Aku sering bercerita tentang
kamu dan saat-saat musim panas yang pernah kita lalui bersama di masa
lampau. Masa yang sudah lama berlalu
-kepadanya. Aku mengatakan hal-hal
manis dan menyenangkan tentang kita.
Dia berkata, "Aku ingin tahu dan mengenal kakekku. Apakah dia
kesepian? Dia pasti akan senang dan
bahagia, jika ada seseorang yang membuatkannya secangkir kopi panas dan
menjaga perapiannya. Suatu saat aku akan
pergi ke Scotland. Aku akan mengetuk
pintu rumahnya, di mana pun dia tinggal, aku akan melakukan apa pun
untuknya. Apakah nenek sangat
mencintainya? Dia pasti orang baik. Aku akan menjenguknya. Aku akan mendengar ce'rita lama itu dari mulutnya
sendiri. Lebih dari itu, tentu saja
tentang kisah cinta. Karena nenek tidak
pernah menceritakan apa pun tentang itu."
Aku menulis surat ini hanya untuk memberi tahu bahwa ini sudah berakhir
dan tidak akan teriadi lagi. Cucu kita,
Andrina meninggal seminggu yang lalu, di awal musim semi. Kecelakaan tiba-tiba merenggut nyawanya...
Di perapian, aku duduk tercenung. Andrina adalah tunas yang tumbuh di musim
dinginku. Namun tunas itu telah gugur.
Ia membawa pergi sejumput kenangan tentang bagaimana dia datang di saat
cahaya bintang bersinar di langit.
Barangkali nun di atas sana, dalam kemayaan, Andrina tersenyum melihatku
menangis. * Kompas Minggu, 29 Agustus 1999
* Terjemahan bebas dari karya George Mackay
Brown "Andria", dalam buku The Oxford Book of Scottish Short stories,
Douglas Dunn, Oxford University Press 1995, hlm 327-333, diterjemahkan oleh
Yeni Ratnakomala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar