Selasa, 04 Oktober 2016

Pengertian dan Desain Penelitian Polling




Polling adalah cara sistematis, ilmiah, dan terpercaya mengumpulkan informasi dari sampel orang yang digunakan untuk menggeneralisasikan pada kelompok atau populasi yang lebih luas di mana sampel itu diambil.
Definisi Cellinda ini mencakup empat unsur kunci polling. Pertama, cara sistematis, ilmiah, terpercaya. Kedua, pengumpulan informasi. Ketiga, sampel orang. Keempat, generalisasi.
Lingkup masalah polling adalah sebuah masalah atau persoalan yang telah menjadi opini publik. Artinya ketika sebuah masalah telah menjadi konsumsi masyarakat umum, baik yang masih bersifat tersembunyi (laten) maupun telah terekspresikan secara verbal (manifes) dapat disebut sebagai masalah publik. Dengan demikian, dapat dipakai sebagai objek polling, baik menyangkut (isu-isu) politik, ekonomi, sosial budaya maupun keagamaan.
Desain dan ciri polling tidak lepas dari tujuan polling itu sendiri. Menurut Cellinda, tujuan polling adalah untuk mengukur preferensi atau intensitas sikap masyarakat dan tidak berpretensi untuk mengetahui lebih dalam penjelasan atas pilihan-pilihan itu sebagaimana yang lazim dilakukan dalam penelitian survei.
Desain dan ciri polling sekurangnya dapat diringkas dalam dua rangkuman berikut ini. Waktu pelaksanaan dan publikasi hasil polling pendek dan terbatas. Pendapat atau opini publik bisa sangat cepat berubah dan polling ingin menggambarkan opini publik ketika sebuah isu atau masalah mengemuka dan diperbincangkan orang. Objek polling terbatas, hanya dapat menangkap fakta saat itu. Polling ingin menjawab pertanyaan bagaimana sikap publik atau massa pada satu saat, dan tidak sampai menjelaskan mengapa atau apa dasar dan pertimbangan pokok yang mendasari sikap publik tersebut.
Tahapan polling terdiri atas empat, yaitu menentukan tujuan polling, menetapkan populasi dan sampel, menentukan tipe informasi dan menetapkan waktu, serta metode pengumpulan data polling. Keempat tahap ini adalah persiapan sebelum polling benar-benar dilaksanakan.
Menentukan tujuan polling. Penetapan tujuan polling merupakan langkah amat penting. Tujuan polling adalah mengetahui respons publik terhadap persoalan aktual yang tengah terjadi di masyarakat. Tujuan ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu untuk mengetahui respons persetujuan publik (setuju – tidak dengan isu atau kebijakan tertentu) dan kedua, untuk mengetahui preferensi atau intensitas sikap publik terhadap isu aktual tersebut. Setelah setuju agar BBM tetap tidak dinaikkan, langkah apakah yang sebaiknya diambil pemerintah, yaitu bertahan, kompromi atau langkah lain?
Setelah tujuan ditetapkan, populasi ditentukan dan diambil sejumlah sampel. Sampel sebaiknya yang representatif, mewakili publik yang dimaksud, dan mengakomodasi heterogenitas (keragaman) dari responden atau publik, misalnya 500 orang dari berbagai latar belakang pekerjaan.
Menentukan tipe informasi, berarti jenis informasi dan sekaligus rumusan pertanyaan dan jawaban yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Umumnya polling menggunakan jenis pertanyaan tertutup, artinya jenis pertanyaan yang pilihan jawabannya telah disediakan dan responden yang diteliti tinggal memilih satu (atau lebih) pilihan jawaban yang telah ada tersebut.
Setelah instrumen siap maka ditetapkan Waktu dan Metode Pengumpulan Data. Oleh karena berada di kota besar dan respondennya orang dewasa serta untuk kepentingan efisiensi maka dipilih waktu 3 hari dan metode melalui telepon. Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan pun relatif terbatas, tidak membengkak atau jika yang diinginkan adalah menggunakan kuesioner (tertulis) dan responden dihubungi secara langsung di tempat-tempat umum/publik berada maka dapat ditempuh langkah dengan pilihan metode tersebut. Prinsipnya, waktu dan metode pengumpulan data harus dapat menjamin terkumpulnya data yang lengkap sesuai dengan tuntutan idealitas sebuah penelitian polling pendapat umum.

Operasionalisasi Penelitian Polling
Pembuatan pertanyaan dalam penelitian polling dilakukan dengan merujuk pada jenis/tujuan penelitian polling. Secara umum tujuan polling ada dua, yaitu (1) permohonan persetujuan publik, dan (2) intensitas sikap publik.
Permohonan persetujuan publik berarti polling bertujuan untuk meminta legitimasi atau persetujuan publik terhadap satu isu atau persoalan atau fakta tertentu yang terjadi di masyarakat, sedangkan intensitas sikap publik berarti tujuan polling adalah meminta pilihan jawaban (preferensi) publik terhadap isu atau persoalan tertentu yang secara aktual terjadi di masyarakat.
Pertanyaan dirumuskan dalam kalimat deklaratif, yaitu satu kalimat berisi satu ide atau gagasan pokok. Atas dasar pertanyaan tersebut, kemudian dirumuskan jawabannya. Jawaban dalam penelitian polling bersifat pilihan ganda, artinya pilihan jawaban sudah disediakan karena jenis pertanyaan dalam penelitian polling bersifat tertutup, sedangkan jawaban dirumuskan sesuai dengan jenis pertanyaannya.
Untuk penelitian “persetujuan” jawaban biasanya 3, yaitu “setuju”, “tidak setuju”, dan “tidak tahu” atau lain-lain, sedangkan untuk penelitian intensitas sikap dapat dipilihkan 3 jawaban yang merupakan opsi yang sepadan sehingga kelihatan sikap responden.
Terdapat 3 unsur penentu sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel dalam penelitian polling, yaitu jumlah sampel, tingkat presisi, dan sampling error.
Jumlah sampel, berarti jumlah perwakilan populasi yang diambil sebagai responden penelitian. Di sini berlaku ketentuan, di mana populasi yang banyak dan heterogen harus diwakili oleh sejumlah responden yang mewakili atau menunjukkan heterogenitas (keragaman) keadaan populasi itu.
Tingkat presisi berarti tingkat ketelitian penelitian. Semakin tinggi jumlah sample, semakin tinggi pula tingkat ketelitiannya. Jika kita menginginkan hasil penelitian dengan ketelitian tinggi, jumlah sampel sebaiknya ditingkatkan atau dinaikkan jumlahnya.
Sampling error berarti tingkat atau jumlah kesalahan yang masih dapat ditoleransi dalam sebuah penelitian. Tingkat kepercayaan biasanya ditetapkan sebesar 90% atau 95%. Tingkat kepercayaan 90% berarti terdapat 10 jumlah kesalahan maksimal yang masih dapat ditoleransi dari penelitian terhadap 100 kasus. Tingkat kepercayaan 95 persen berarti terdapat 5 jumlah kesalahan maksimal yang masih dapat ditoleransi dari penelitian terhadap 100 kasus.

Pengolahan Data Hasil Polling
Terdapat 3 pilihan proses untuk mengolah hasil penelitian polling. Pertama, data diolah dan ditabulasi secara sederhana dalam (atau menjadi) tabel frekuensi dan persentase. Ini berlaku untuk objek penelitian polling satu variabel. Kedua, data diolah menurut kategori atau pengelompokan tertentu menjadi tabel tabulasi silang. Ini berlaku untuk objek penelitian polling dua variabel. Dengan membuat tabulasi silang dapat diketahui pendapat publik dan pilihan jawaban sesuai, misalnya dengan tingkatan sosial-ekonomi atau tingkat apresiasi dan pemahamannya terhadap satu masalah sosial tertentu yang aktual terjadi di masyarakat, misalnya variabel kesanggupan mengikuti program transmigrasi dan jenis kelamin.
Ketiga, yang lebih kompleks, yaitu selain membuat tabel tabulasi silang juga mengukur asosiasi atau tingkat kadar hubungan antarvariabel yang diteliti.
Contoh, hubungan antara (variabel) jenis kelamin dan (variabel) persetujuan terhadap perlunya sanksi moral terhadap Amerika Serikat terhadap aksi invasi (perang) ke wilayah negara Irak, Maret 2003. Dengan hubungan asosiasi dapat diketahui keeratan korelasinya, yaitu tinggi, moderat atau rendah.
Sumber Buku Metode Penelitian Komunikasi Karya Bambang Setiawan

Jenis-Jenis Penelitian Pendidikan




Kadang-kadang kita tidak menyadari bahwa kegiatan yang kita lakukan di kelas memiliki ciri penelitian formal. Misalnya ketika kita mencoba metode mengajar yang baru, bahan ajar yang baru, atau menggunakan buku yang belum pernah kita gunakan sebelumnya, lalu kita bandingkan dengan apa yang kita lakukan tahun sebelumnya. Kita melakukan pengamatan, menganalisis, membuat hipotesis, mengevaluasi. Tetapi kita jarang melakukannya secara sistematis. Jarang mengobservasi dalam kondisi terkendali, jarang menggunakan instrumen yang tepat dan sahih. Jarang menggunakan variasi teknik penelitian dan metodologi yang tepat. Istilah „penelitian‟ atau “research” dapat diartikan sebagai sesuatu yang “sistematis, hati-hati, studi dan investigasi yang teliti dalam area keilmuan tertentu, mengungkapkan fakta dan prinsip”. Betapapun juga dalam penelitian ilmiah selalu ada penekanan untuk mendapatkan „bukti‟ untuk menunjang fakta atau prinsip. Oleh karena itu diperlukan METODOLOGI dalam melakukan penelitian. Secara umum terdapat bebera jenis penelitian pendidikan yaitu:
1. Penelitian eksperimental
2. Penelitian korelasional
3. penelitian kausal komparatif
4. Penelitian survey
5. Penelitian kualitatif
6. Penelitian historis
7. Penelitian Tindakan Kelas
Masing-masing jenis penelitian di atas dapat dibahas sebagai berikut:
1. Penelitian Eksperimental
Merupakan penelitian yang paling mendekati metode ilmiah ü
Peneliti memberikan perlakuan yang berbeda pada dua kelompok, dan ü kemudian mempelajari efek perlakuan. Hasil dari penelitian ini interpretasi yang jelas dan lugas
Misalnya: Seorang guru biologi ingin mengetahui metode mengajar ü manakah yang efektif untuk mengajarkan konsep yang abstrak (misalnya fotosintesis). Maka ia dapat merancang suatu penelitian untuk membandingkan efektivitas dari dua macam metode mengajar untuk meningkatkan pemahaman siswa.
Metode mengajar yang digunakan ini disebut Variabel bebas Atau variabel perlakuan (misalnya metode inkuairi dan praktikum). Variabel ini tidak dapat dikuantifikasi langsung, namun kedua metode ini diuji efektivitasnya melalui tes hasil belajar siswa untuk konsep fotosintesis tsb. Nilai tes yang dicapai siswa disebut variabel tak bebas (dependent variable). Dalam eksperimen yang sederhana ini ada dua metode yang kontras untuk dibandingkan satu sama lain. Dalam hal ini diperlukan pula variabel pembanding atau pengendali yang disebut extraneous variable, misalnya tingkat kemampuan siswa, usia, jenjang kelas, bahan ajar, dan karakteristik guru, yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar selama berlangsungnya investigasi. Metode ini juga menghendaki adanya kesamaan dalam cara pengelolaan kelas selama periode waktu tertentu, dan kesamaan bahan ajar pada kedua kelompok, kesamaan usia, dan jenjang kelas siswa.
Bila hal di atas sulit dilaksanakan, peneliti dapat pula menggunakan ü kelas eksperimen dan kelas kontrol di sekolah yang sama. Namun hasilnya seringkali meragukan, karena ada berbagai kondisi yang berpengaruh terhadap jalannya penelitian.
2. Penelitian Korelasional
Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara dua variabel. ü
Misalnya: Seorang guru matematik ingin mengetahui individu yang ü bagaimana yang sering mengalami kesulitan dalam mempelajari aljabar. Bila kita dapat memprediksi secara tepat, maka kita dapat menganjurkan saran koreksi terhadap guru tersebut untuk menggunakan metode tertentu, sehingga anak senang belajar aljabar.
Untuk itu kita perlu mengumpulkan sejumlah informasi yang diperkirakan ü ada kaitannya dengan konsep aljabar seperti kinerja siswa dalam tugas logik mempelajari konsep aljabar (kemampuan menghitung, pemahaman konsep matematika, memecahkan soal-soal), kemampuan verbal, kebiasaan belajar, pengalaman siswa dalam belajar matematika atau pengalaman dengan guru matematika, dan informasi lain yang menyebabkan adanya siswa yang senang pelajaran aljabar, dan siswa yang membenci pelajaran aljabar.
Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki hubungan yang ü bermakna. Oleh karena itu dalam penelitian ini diharapkan tidak ada intervensi atau manipulasi yang dapat mempengaruhi hasilnya, kecuali instrumen penelitian yang diperlukan untk mengumpulkan data. Sampel haruslah individu yang sama
3. Penelitian Kausal Komparatif
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki akibat dari perbedaan diantara kelompok atau orang-orang ü
Misalnya guru ingin membandingkan apakah hasil belajar siswa dari ü keluarga dengan orang tua tunggal (single parent) lebih buruk dari pada siswa dari keluarga utuh. Untuk menyelidiki hal ini, guru harus memilih secara sistematis dua kelompok siswa (orang tua tunggal dan orangtua lengkap) – yang sesungguhnya (bukan manipulasi)
Setelah itu guru membandingkan hasil belajar mereka. Setelah nyata ü berbeda, guru tidak boleh segera menyimpulkan bahwa situasi keluarga mempengaruhi prestasi belajar siswa, sebab masih ada factor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
Interpretasi dari penelitian kausal komparatif adalah terbatas, karena ü peneliti tidak boleh menyimpulkan bahwa faktor tertentu dapat mempengaruhi tingkah laku yang diobservasi. Dalam contoh ini, guru tidak mengetahui (1) bahwa perbedaan prestasi mungkin disebabkan karena situasi rumah (2)status orangtua juga dapat menyebabkan perbedaan prestasi (3)adanya faktor lain yang berpengaruh.
4. Penelitian Survei
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang menentukan sifat spesifik dari suatu kelompok ü
Misalnya seorang kepala sekolah ingin mengetahui dampak dari kebijakan ü administrasi yang dilakukannya. Apakah siswa suka atau tidak suka terhadap kebijakannya? Kebijakan mana yang paling disukai, dan yang paling tidak disukai.
Suatu survey deskriptif perlu menyiapkan sejumlah pertanyaan yang ü dikemas dalam bentuk kuesioner atau angket untuk sejumlah besar responden atau individu, melalui surat, telepon, e-mail, sms, atau diberikan langsung. Jika menghendaki jawaban langsung dari responden, dapat melalui wawancara. Jawabannya kemudian ditabulasi, umumnya dalam bentuk frekuensi atau persentase dari setiap jawaban pertanyaan.
Kesulitan penelitian survey adalah (1) ada keraguan terhadap jawaban ü yang diberikan; apakah murni/jujur, tidak asal-asalan (2) pengembalian semua kuesioner secara lengkap agar dapat dianalisis dengan benar.
Manfaat dari penelitian survey adalah kemungkinan memperoleh sejumlah informasi dari sampel besar ü
Jika peneliti mengharapkan jawaban yang lebih rinci, maka dapat ü dilakukan melalui wawancara. Keuntungan wawancara adalah dapat membuat pertanyaan terbuka (melalui daftar pertanyaan), sehingga dapat diperoleh jawaban yang rinci dan mendalam.
5. Penelitian Kualitatif
Seorang peneliti dapat berharap untuk memperoleh potret lengkap dari ü proses pendidikan melalui penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti dapat memperoleh gambaran holistic yang terjadi dalam situasi atau setting khusus.
Misalnya: Bagaimana cara guru olahraga mengajarkan suatu materi? Apa ü yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan rutin sekari-hari? Apa yang dilakukan oleh siswa setiap hari? Kegiatan apa yang dilakukan setiap hari?
Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan di atas, maka peneliti dapat ü melakukan ethnographic research, yang menekankan pada dokumentasi dan gambaran kegiatan atau apa yang dialami oleh individu, melalui observasi dan interview. Sebagai contoh, dapat dilakukan di suatu kelas di SD, di mana peneliti melakukan observasi atas kegiatan guru dan siswa secara penuh, utuh, dan kemudian mendeskripsikannya secara sangat rinci. Deskripsi ini merupakan potret dari suasana sosial di kelas tersebut; pengalaman intelektual dan emosional siswa; cara guru menghadapi siswa dari berbagai ras, etnik, jenis kelamin, kemampuan. Bagaimana peran siswa dan guru di kelas dipelajari, dimodifikasi, dan dimunculkan sebagai hal yang unik, pertanyaan guru, pertanyaan siswa dan sbagainya
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang detail terhadap ü individu atau kelompok yang diteliti, sehingga dapat disebut sebagai studi kasus.
6. Penelitian Sejarah
Penelitian ini berkaitan dengan aspek yang terjadi di masa lalu. Data ü diperoleh melalui penelitian dokumen, atau wawancara dengan individu yang hidup pada masa itu. Penelitian ini berupaya untuk merekonstruksi setepat mungkin tentang apa yang terjadi pada masa itu dan menjelaskannya.
Misalnya, Seorang koordinator kurikulum di sekolah, ingin mengetahui ü tentang argumentasi yang terjadi di masa lalu tentang kurikulum kelas 12. Untuk itu ia harus membaca berbagai hasil penelitian sosial dan teori kurikulum yang kemudian perlu diperbandingkan
7. Penelitian Tindakan kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bersifat situasional, berkaitan dengan ü mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu, misalnya masalah di kelas atau di sekolah. Masalah berangkat dari praktek pembelajaran sehari-hari yang benar-benar dirasakan oleh guru atau siswanya. Kemudian diupayakan penyelesaiannya demi peningkatan mutu pendidikan, prestasi siswa, profesi guru, dan mutu sekolahnya dengan jalan merefleksi diri sebagai praktisi dalam pelaksanaan tugas-tugasnya dan sekaligus secara sistematik meneliti praksisnya sendiri
Penelitian tindakan kelas merupakan upaya kolaboratif antara guru ü dengan siswanya, bersifat „self evaluative‟ yaitu modifikasi praksis yang dilakukan secara kontinyu dan dievaluasi dalam situasi yang terus berjalan di samping memperbaiki praksis pembelajarannya.
Semua Penelitian Mempunyai Nilai
Perlu ditekankan bahwa setiap metodologi penelitian memiliki nilai Ø dalam dunia pendidikan. Masing-masing mempunyai cara tersendiri untuk mengkaji realita yang terjadi di sekolah atau di kelas, dan kemudian menjadi gagasan pemikiran guru, konselor, administrator untuk melakukan sesuatu.
Masing-masing menggambarkan alat berbeda yang digunakan untuk memahami apa yang terjadi atau apa yang akan dikaji di sekolah. Ø
Efektivitas suatu metodologi tergantung pada masalah, pertanyaan Ø penelitian, dan konteks khusus dari investigasi yang akan dilakukan. Diperlukan wawasan (insight) untuk memahami apa yang sedang terjadi di sekolah dengan berbagai perspektif.
Tipe Penelitian Pada Umumnya:
Studi deskriptif menggambarkan peristiwa sebagai sesuatu yang utuh, Ø rinci dan teliti. Contoh studi deskriptif sering dijumpai dalam biologi, di mana setiap varietas tanaman dan spesies hewan dideskripsikan secara rinci, dan informasi ini diorganisasi menjadi kategori taksonomi dalam botani dan zoology.
Dalam penelitian pendidikan, metode deskriptif yang paling umum adalah Ø survey. Peneliti menyimpulkan karakteristik (kemampuan, tingkah laku, pola dsb.) dari individu, kelompok, atau kadang-kadang lingkungan fisiknya (sekolah), atau seperti dalam penelitian sejarah yang meneliti perubahan dari waktu ke waktu. Contoh studi deskripif dalam pendidikan adalah mengidentifikasi hasil belajar dari berbagai kelompok siswa, mendeskripsikan perilaku guru, administrator, sikap orangtua, lingkungan fisik sekolah.
Peneliti pendidikan juga dapat melakukan penelitian tentang pencapaian Ø hasil belajar siswa yang dikaitkan dengan perilaku guru, pola makan siswa, minat siswa, atau sikap orangtua. Penelitian ini menghubungkan hal-hal atau fenomena yang dianggap bermakna untuk dikaji. Penelitian yang mengkaji adanya hubungan sering disebut penelitian asosiasi, misalnya studi korelasional atau studi kausal komparatif. Contoh studi korelasional misalnya:
(a) antara hasil belajar dengan sikap; pengalaman masa kecil dengan karakteristik perilaku orang dewasa; atau karakteristik guru dan hasil belajar siswa
(b) antara metode dengan hasil belajar (dua kelas yang diajar dengan metode berbeda); antara gender dengan sikap (membandingkan sikap pria dan wanita)
Studi intervensi, merupakan studi di mana terdapat perlakuan yang Ø diharapkan dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan. Contohnya: efektivitas dari berbagai metode mengajar; model kurikulum; susunan kelas, dan berbagai upaya untuk mempengaruhi karakteristik kelompok atau individu. Studi intervensi dapat menghasilkan teori umum melalui pembuktian-pembuktian . Metode utama dalam studi intervensi adalah metode eksperimen.
Beberapa tipe penelitian dapat pula mengkombinasikan tiga pendekatan Ø umum. Metode Penelitian sejarah (historis) dan penelitian kualitatif sebenarnya adalah deskriptif, kadang-kadang asosiasional jika peneliti mengkaji suatu hubungan. Misalnya studi deskriptif sejarah mengkaji hubungan antara konsep prasyarat dengan hasil belajar matematika dari waktu ke waktu, merupakan metode asosiasional. Suatu studi etnografi yang menggambarkan kegiatan harian secara rinci dari suatu sekolah dan kemudian menemukan ada hubungan antara media dengan moral guru di sekolah tersebut, berarti menggunakan studi deskriptif dan aosiasional.
Proses Penelitian
1. Perumusan masalah penelitian
Perumusan masalah harus didahului oleh latar belakang masalah, uraikan Ø faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah, dan rasional atau pertimbangan tentang pentingnya masalah tersebut untuk diteliti. Masalah hukum dan penjelasan etik yang berkaitan dengan masalah perlu didiskusikan dan dicari pemecahannya.
2. Merumuskan pertanyaan penelitian atau Hipotesis
Masalah penelitian umumnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, dan Ø kadang-kadang hipotesis. Hipotesis adalah dugaan, karena itu kalimatnya harus jelas, lugas, dan menggambarkan variabel yang akan diuji.
3. Definisi
Semua istilah dalam perumusan masalah dan hipotesis harus diuraikan dengan jelas Ø
4. Kajian pustaka
Studi lain yang berkenaan dengan perumusan masalah harus diuraikan Ø secara singkat dan jelas. Kajian pustaka (jurnal, laporan penelitian, kutipan atau saduran) harus diuraikan dengan jelas mengenai apa yang telah diketahui dan secara logic dapat dijadikan pengetahuan awal bagi peneliti.
5. Sampel
Subjek penelitian atau sampel harus diidentifikasi, dan kelompok besar Ø dari mana sampel itu berasal (populasi) harus diidentifikasi dengan jelas, juga prosedur pengambilan sampel tersebut
6. Instrumen penelitian
Instrumen pengukuran yang digunakan untuk koleksi data dari subjek Ø harus dideskripsikan secara rinci dan juga rasional penggunaannya
7. Prosedur penelitian
Uraikan prosedur penelitian yang sesungguhnya, yang dilakukan oleh Ø peneliti dalam melakukan penelitian (bukan prosedur teoretis)
8. Analisis Data
Penjelasan tentang cara menganalisis, teknik statistik yang digunakan, Ø baik deskriptif maupun inferensial yang digunakan untuk menganalisis

Kupas Tuntas Metode Penelitian Kualitatif



Pengertian Metode Penelitian Kualitatif

Terdapat kesalahan pemahaman di dalam masyarakat bahwa yang dinamakan sebagai kegiatan penelitian adalah penelitian yang bercorak survei. Ditambah lagi ada pemahaman lain bahwa penelitian yang benar jika menggunakan sebuah daftar pertanyaan dan datanya dianalisa dengan menggunakan teknik statistik. Pemahaman ini berkembang karena kuatnya pengaruh aliran positivistik dengan metode penelitian kuantitatif.
1.      Ada dua kelompok metode penelitian dalam ilmu sosial yakni metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Di antara kedua metode ini sering timbul perdebatan di seputar masalah metodologi penelitian. Masing-masing aliran berusaha mempertahankan kekuatan metodenya
2.      Salah satu argumen yang dikedepankan oleh metode penelitian kualitatif adalah keunikan manusia atau gejala sosial yang tidak dapat dianalisa dengan metode yang dipinjam dari ilmu eksakta.
3.      Metode penelitian kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi di lapangan dan datanya dianalisa dengan cara non-statistik meskipun tidak selalu harus menabukan penggunaan angka
4.      Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti sebagai alat. Peneliti harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Dengan demikian, peneliti harus dapat diterima oleh responden dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia dan lingkungan responden.

DASAR-DASAR PENELITIAN KUALITATIF
Paradigma Metode Penelitian
Ada dua metode berfikir dalam perkembangan pengetahuan, yaitu metode deduktif yang dikembangkan oleh Aristoteles dan metode induktif yang dikembangkan oleh Francis Bacon. Metode deduktif adalah metode berfikir yang berpangkal dari hal-hal yang umum atau teori menuju pada hal-hal yang khusus atau kenyataan. Sedangkan metode induktif adalah sebaliknya. Dalam pelaksanaan, kedua metode tersebut diperlukan dalam penelitian.
Kegiatan penelitian memerlukan metode yang jelas. Dalam hal ini ada dua metode penelitian yakni metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pada mulanya metode kuantitatif dianggap memenuhi syarat sebagai metode penilaian yang baik, karena menggunakan alat-alat atau intrumen untuk mengakur gejala-gejala tertentu dan diolah secara statistik. Tetapi dalam perkembangannya, data yang berupa angka dan pengolahan matematis tidak dapat menerangkan kebenaran secara meyakinkan. Oleh sebab itu digunakan metode kualitatif yang dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena secara lengkap dan menyeluruh.
Tiap penelitian berpegang pada paradigma tertentu. Paradigma menjadi tidak dominan lagi dengan timbulnya paradigma baru. Pada mulanya orang memandang bahwa apa yang terjadi bersifat alamiah. Peneliti bersifat pasif sehingga tinggal memberi makna dari apa yang terjadi dan tanpa ingin berusaha untuk merubah. Masa ini disebut masa pra-positivisme.
Setelah itu timbul pandangan baru, yakni bahwa peneliti dapat dengan sengaja mengadakan perubahan dalam dunia sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen, maka timbullah metode ilmiah. Masa ini disebut masa positivisme.
Pandangan positivisme dalam perkembangannya dibantah oleh pendirian baru yang disebut post-positivisme. Pendirian post-positivisme ini bertolak belakang dergan positivisme. Dapat dikatakan bahwa post-positivisme sebagai reaksi terhadap positivisme. Menurut pandangan post-positivisme, kebenaran tidak hanya satu tetapi lebih kompleks, sehingga tidak dapat diikat oleh satu teori tertentu saja.
Dalam penelitian, dikenal tiga metode yang secara kronologis berurutan yakni metode pra-positivisme, positivisme, dan post-positivisme.

Ciri-ciri Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian lain. Untuk mengetahui perbedaan tersebut ada 15 ciri penelitian kualitatif yaitu:
1.      Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah (natural setting).
2.      Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara
3.      Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka.
4.      Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, artinya dalam pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi.
5.      Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari maknanya. Dengan demikian maka apa yang ada di balik tingkah laku manusia merupakan hal yang pokok bagi penelitian kualitatif. Mengutamakan data langsung atau “first hand”. Penelitian kualitatif menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan.
6.      Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan secara ekstensif baik tringulasi metode maupun triangulasi sumber data.
7.      Mementingkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan masalah yang diteliti.
8.      Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya.
9.      Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dan segi pendiriannya.
10.  Verifikasi. Penerapan metode ini antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif.
11.  Pengambilan sampel secara purposif. Metode kualitatif menggunakan sampel yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.
12.  Menggunakan “Audit trail”. Metode yang dimaksud adalah dengan mencantumkan metode pengumpulan dan analisa data.
13.  Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Data yang diperoleh langsung dianalisa, dilanjutkan dengan pencarian data lagi dan dianalisis, demikian seterusnya sampai dianggap mencapai hasil yang memadai.
14.  Teori bersifat dari dasar. Dengan data yang diperoleh dari penelitian di lapangan dapat dirumuskan kesimpulan atau teori.

Dasar Teoritis Penelitian
Pada penelitian kualitatif, teori diartikan sebagai paradigma. Seorang peneliti dalam kegiatan penelitiannya, baik dinyatakan secara eksplisit atau tidak, menerapkan paradigma tertentu sehingga penelitian menjadi terarah. Dasar teoritis dalam pendekatan kualitatif adalah:
1.      Pendekatan fenomenologis. Dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.
2.      Pendekatan interaksi simbolik. Dalam pendekatan interaksi simbolik diasumsikan bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan kepada mereka. Pengertian yang dlberikan orang pada pengalaman dan proses penafsirannya bersifat esensial serta menentukan.
3.      Pendekatan kebudayaan. Untuk menggambarkan kebudayaan menurut perspektif ini seorang peneliti mungkin dapat memikirkan suatu peristiwa di mana manusia diharapkan berperilaku secara baik. Peneliti dengan pendekatan ini mengatakan bahwa bagaimana sebaiknya diharapkan berperilaku dalam suatu latar kebudayaan.
4.      Pendekatan etnometodologi. Etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup. Seorang peneliti kualitatif yang menerapkan sudut pandang ini berusaha menginterpretasikan kejadian dan peristiwa sosial sesuai dengan sudut pandang dari objek penelitiannya.

KEDUDUKAN DAN RAGAM PARADIGMA
Kedudukan Paradigma Dalam Metode Penelitian Kualitatif
Ilmu pengetahuan merupakan suatu cabang studi yang berkaitan dengan penemuan dan pengorganisasian fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan metoda-metoda. Dari sini dapat dipahami bahwa untuk dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan, maka cabang studi itu haruslah memiliki unsur-unsur penemuan dan pengorganisasian, yang meliputi pengorganisasian fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan, prinsip-prinsip serta metoda-metoda. Oleh Moleong prinsip-prinsip ini disebut sebagai aksioma-aksioma, yang menjadi dasar bagi para ilmuan dan peneliti di dalam mencari kebenaran melalui kegiatan penelitian.
Dasar-dasar untuk melakukan kebenaran itu biasa disebut sebagai paradigma, yang oleh Bogdan dan Biklen dinyatakan sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Ada berbagai macam paradigma yang mendasari kegiatan penelitian ilmu-ilmu sosial. Paradigma-paradigma yang beragam tersebut tidak terlepas dari adanya dua tradisi intelektual Logico Empiricism dan Hermeneutika.
Logico Empiricism, merupakan tradisi intelektual yang mendasarkan diri pada sesuatu yang nyata atau faktual dan yang serba pasti. Sedangkan Hermeneutika, merupakan tradisi intelektual yang mendasarkan diri pada sesuatu yang berada di balik sesuatu yang faktual, yang nyata atau yang terlihat.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.
Pilihan terhadap tradisi mana yang akan ditempuh peneliti sangat ditentukan oleh tujuan dan jenis data yang akan ditelitinya. Oleh karena itu pemahaman terhadap paradigma ilmu pengetahuan sangatlah perlu dilakukan oleh para peneliti. Bagi kegiatan penelitian, paradigma tersebut berkedudukan sebagai landasan berpijak atau fondasi dalam melakukan proses penelitian selengkapnya.

Ragam Paradigma Dalam Metode Penelitian
Dalam rangka melakukan pengumpulan fakta-fakta para ilmuwan atau peneliti terlebih dahulu akan menentukan landasan atau fondasi bagi langkah-langkah penelitiannya. Landasan atau fondasi tersebut akan dijadikan sebagai prinsip-prinsip atau asumsi-asumsi dasar maupun aksioma, yang dalam bahasanya Moleong disebut sebagai paradigma.
Menurut Bogdan dan Biklen paradigma dinyatakan sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.
Paradigma didalam ilmu pengetahuan sosial memiliki ragam yang demikian banyak, baik yang berlandaskan pada aliran pemikiran Logico Empiricism maupun Hermeneutic. Masing-masing paradigma tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu para peneliti harus mempunyai pemahaman yang cukup terhadap dasar pemikiran paradigma-paradigma yang ada sehingga sebelum melakukan kegiatan penelitiannya, para peneliti dapat memilih paradigma sebagai landasan penelitiannya secara tepat.
Menurut Meta Spencer paradigma di dalam ilmu sosial meliputi (1) perspektif evolusionisme, (2) interaksionisme simbolik, (3) model konflik, dan (4) struktural fungsional. Menurut George Ritzer paradigma di dalam ilmu sosial terdiri atas (1) fakta sosial, (2) definisi sosial, dan (3) perilaku sosial.
Perbedaan dan keragaman paradigma dan atau teori yang berkembang di dalam ilmu pengetahuan sosial, menuntut para peneliti untuk mencermatinya di dalam rangka memilih paradigma yang tepat bagi permasalahan dan tujuan penelitiannya.

PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Pengertian dan Fungsi Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa.
Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri.
Perumusan masalah penelitian dapat dibedakan dalam dua sifat, meliputi perumusan masalah deskriptif, apabila tidak menghubungkan antar fenomena, dan perumusan masalah eksplanatoris, apabila rumusannya menunjukkan adanya hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih fenomena.
Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut yaitu Fungsi pertama adalah sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan. Fungsi kedua, adalah sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan. Fungsi ketiga dari perumusan masalah, adalah sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya. Sedangkan fungsi keempat dari suatu perumusan masalah adalah dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.
Kriteria-kriteria Perumusan Masalah
Ada setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan masalah penelitian yaitu kriteria pertama dari suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena atau gejala di dalam kehidupan manusaia.
Kriteria Kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai pencipta teori-teori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori yang sudah ada.
Kriteria ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah yang baik, juga hendaknya dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi kehidupan manusia.
Berkenaan dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati beberapa variasi, antara lain (1) Ada yang menempatkannya di bagian paling awal dari suatu sistematika peneliti, (2) Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama dengan latar belakang penelitian dan (3) Ada pula yang menempatkannya setelah tujuan penelitian.
Di manapun rumusan masalah penelitian ditempatkan, sebenarnya tidak terlalu penting dan tidak akan mengganggu kegiatan penelitian yang bersangkutan, karena yang penting adalah bagaimana kegiatan penelitian itu dilakukan dengan memperhatikan rumusan masalah sebagai pengarah dari kegiatan penelitiannya. Artinya, kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siapapun, hendaknya memiliki sifat yang konsisten dengan judul dan perumusan masalah yang ada. Kesimpulan yang didapat dari suatu kegiatan penelitian, hendaknya kembali mengacu pada judul dan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan.
Sumber Buku Metode Penelitian Kualitatif


METODE PENGUMPULAN DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Metode Pengamatan
Pengamatan (observation) merupakan cara yang sangat baik untuk meneliti tingkah laku manusia. Dalam melakukan pengamatan sebaiknya peneliti sudah memahami terlebih dahulu pengertian-pengertian umum dari objek penelitiannya. Apabila tidak maka hasil pengamatannya menjadi tidak tajam.
Dalam penelitian naturalistik, pengamatan terhadap suatu situasi tertentu harus dijabarkan dalam ketiga elemen utamanya, yaitu lokasi penelitian, pada pelaku atau aktor, dan kegiatan atau aktivitasnya. Kemudian ketiga elemen utama tersebut harus diuraikan lebih terperinci lagi.
Terdapat beberapa pengamatan berdasarkan dimensinya yaitu pengamatan berperan serta dan pengamatan tidak perperan serta, pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup, pengamatan pada latar alamiah/tak terstruktur dan pengamatan eksperimental dan pengamatan non-eksperimental.
Metode Wawancara
Wawancara merupakan teknik komunikasi antara interviewer dengan intervewee. Terdapat sejumlah syarat bagi seorang interviewer yaitu harus responsive, tidak subjektif, menyesuaikan diri dengan responden dan pembicaraannya harus terarah. Di samping itu terdapat beberapa hal yang harus dilakukan interviewer ketika melakukan wawancara yaitu jangan memberikan kesan negatif, mengusahakan pembicaraan bersifat kontinyu, jangan terlalu sering meminta responden mengingat masa lalu, memberi pengertian kepada responden tentang pentingnya informasi mereka dan jangan mengajukan pertanyaan yang mengandung banyak hal.
Metode Dokumenter
Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode dokumenter ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber non-manusia. Sumber-sumber informasi non-manusia ini seringkali diabaikan dalam penelitian kualitatif, padahal sumber ini kebanyakan sudah tersedia dan siap pakai. Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian.
Foto merupakan salah satu bahan dokumenter. Foto bermanfaat sebagai sumber informasi karena foto mampu membekukan dan menggambarkan peristiwa yang terjadi. Akan tetapi dalam penenlitian kita tidak boleh menggunakan kamera sebagai alat pencari data secara sembarangan, sebab orang akan menjadi curiga. Gunakan kamera ketika sudah ada kedekatan dan kepercayaan dari objek penelitian dan mintalah ijin ketika akan menggunakannya.
TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Tahap-Tahap Pra-Lapangan
Kegiatan yang harus dilakukan dalam penelitian kualitatif pada tahap pra-lapangan adalah menyusun rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah dan alasan pelaksanan penelitian, studi pustaka, penentuan lapangan penelitian, penentuan jadwal penelitian, pemilihan alat penelitian, rancangan pengumpulan data, rancangan prosedur analisa data, rancangan perlengkapan yang diperlukan di lapangan, dan rancangan pengecekan kebenaran data.
Pemilihan lapangan penelitian didasarkan pada kondisi lapangan itu sendiri untuk dapat dilakukan penelitian sesuai dengan tema penelitian. Pertimbangan lain adalah kondisi geografis, keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga.
Mengurus ijin penelitian hendaknya dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu siapa-siapa yang berwenang memberikan ijin. Pendekatan yang simpatik sangat perlu baik kepada pemberi ijin di jalur formal maupun informal.
Menjajaki lapangan penting artinya selain untuk mengetahui apakah daerah tersebut sesuai untuk penelitian yang ditentukan, juga untuk rnengetahui persiapan yang harus dilakukan peneliti. Secara rinci dapat dikemukakan bahwa penjajakan lapangan ini adalah untuk memahami pandangan hidup dan penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan tempat tinggal.
Dalam memilih dan memanfaatkan informan, perlu ditentukan bahwa informan adalah orang-orang yang tahu tentang situasi dan kondisi daerah penelitian, jujur, terbuka, dan mau memberikan informasi yang benar.
Persiapan perlengkapan penelitian berkaitan dengan perijinan, perlengkapan alat tulis, alat perekam, jadwal waktu penelitian, obat-obatan dan perlengkapan lain untuk keperluan akomodasi.

Tahap Pekerjaan Lapangan
Dalarn kegiatan pada tahap pekeriaan lapangan, peneliti harus mudah memahami situasi dan kondisi lapangan penelitiannya. Penampilan fisik serta cara berperilaku hendaknya menyesuaikan dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasaan, dan adat-istiadat setempat. Agar dapat berperilaku demikian sebaiknya harus memahami betul budaya setempat.
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti dapat menerapkan teknik pengamatan (observation), wawancara (interview), dengan menggunakan alat bantu seperti tape recorder, foto, slide, dan sebagainya.
Usahakan hubungan yang rapport dengan objek sampai penelitian berakhir. Apabila hubungan tersebut dapat tercipta, maka dapat diharapkan informasi yang diperoleh tidak mengalami hambatan.

Tahap Analisa Data
Pada analisa data, peneliti harus mengerti terlebih dahulu tentang konsep dasar analisa data. Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.
Analisa data dalam penelitian kualitatif sudah dapat dilakukan semenjak data diperoleh di lapangan. Usahakan jangan sampai data tersebut sudah terkena bermacam-macam pengaruh, antara lain pikiran peneliti sehingga menjadi terpolusi. Apabila terlalu lama baru dianalisa maka data menjadi kadaluwarsa.
Dari analisa data dapat diperoleh tema dan rumusan hipotesa. Untuk menuju pada tema dan mendapatkan rumusan hipotesa, tentu saja harus berpatokan pada tujuan penelitian dan rumusan masalahnya.
OBJEKTIVITAS, VALIDITAS, DAN RELIABILITAS
Pengertian Konsep-konsep Terkait
Penelitian dinyatakan sebagai sebuah kegiatan mencari kembali data yang setelah diolah dan dianalisa dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang dirumuskan. Sudah tentu jawaban yang dimaksudkan tersebut hendaknya dapat memberikan gambaran yang sebenarnya dari keadaan sasaran penelitian. Untuk itu penelitian harus memperhatikan sifat objektif dari kegiatan penelitiannya, yaitu suatu sifat yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Untuk mencapai objektivitas itu, penelitian harus menggunakan perangkat yang tepat guna, yang dalam bahasa penelitian disebut sebagai alat yang bersifat valid. Maksudnya adalah alat yang tepat dan tajam di dalam mengukur sesuatu yang ditelitinya. Untuk penelitian yang memiliki alat ukur yang valid, maka proses pengambilan kesimpulan menjadi tidak sulit dilakukan, namun apabila tidak, maka masih diperlukan proses pengecekan mengenai seberapa besar hasil penelitian itu menunjukan keadaan yang sebenarnya dari sasaran penelitian.
Dalam kenyataannya, untuk mendapatkan alat ukur yang memiliki tingkat validitas yang sempurna, tidaklah mudah. Oleh karena itu dalam penelitian diperlukan juga adanya proses pengecekan melalui penggunaan konsep reliabilitas, untuk melihat berapa besar kebenaran yang ditemukan dalam penelitian itu, jika dibandingkan dengan kebenaran yang terjadi dalam sasaran penelitian.
Peran Objektivitas, Validitas dan Reliabilitas Bagi Penelitian Kualitatif
Penelitian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari kebenaran. Untuk mendapatkan kebenaran tersebut diperlukan serangkaian langkah yang dapat menuntun peneliti untuk menghasilkan sesuatu yang tidak menyimpang dari keadaan yang sebenarnya dari sasaran penelitian. Serangkaian langkah tersebut antara lain meliputi langkah-langkah untuk mendapatkan objektivitas, validitas dan reliabilitas.
Untuk mendapatkan oyektivitas ini, para peneliti harus mampu menanggalkan subyektivisme, baik subyektivisme yang datang dari pihak peneliti, maupun subyektivisme yang datang dari sasaran penelitian. Agar objektivitas tersebut dapat diperoleh, maka para peneliti harus mampu menampilkan indikator atau alat ukur yang valid, dan sekaligus menggunakannnya. Dengan alat yang valid, yang tepat dan yang sesuai itu, maka peneliti akan terpandu ke arah perolehan hasil penelitian yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, atau paling tidak mendekati keadaan yang sebenarnya. Untuk mengetahui seberapa besar suatu hasil penelitian dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya, peneliti perlu pula melakukan cara-cara mengukur tingkat kepercayaan atau apa yang biasa disebut dengan istilah reliabilitas.
Dari beberapa contoh di atas menjadi dapat diketahui bahwa peran objektivitas, validitas dan reliabilitas sangatlah besar bagi tindak lanjut dari suatu hasil penelitian. Andaikata hasil penelitian tertentu hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan pun, maka sifat yang objektif, valid dan reliabel, tetaplah sangat diperlukan keberadaannya. Artinya, dunia teoretik pun sangat pula memerlukan konsep konsep objektivitas, validitas dan reliabilitas.
ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
Pengertian Komponen Analisis dan Interpretasi Data
Analisis dan interpretasi data merupakan tahap yang harus dilewati oleh seorang penelitian. Adapun urutannya terletak pada tahap setelah tahap pengumpulan data. Dalam arti sempit, analisis data di artikan sebagai kegiatan pengolahan data, yang terdiri atas tabulasi dan rekapitulasi data.
Tabulasi data dinyatakan sebagai proses pemaduan atau penyatupaduan sejumlah data dan informasi yang diperoleh peneliti dari setiap sasaran penelitian, menjadi satu kesatuan daftar, sehingga data yang diperoleh menjadi mudah dibaca atau dianalisis. Rekapitulasi merupakan langkah penjumlahan dari setiap kelompok sasaran penelitian yang memiliki karakter yang sama, berdasar kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti.
Dalam proses pelaksanaannya, tahap pengolahan data tidak cukup hanya terdiri atas tabulasi dan rekapitulasi saja, akan tetapi mencakup banyak tahap. Di antaranya adalah tahap reduksi data, penyajian data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Lebih dari sekedar itu, pengolahan data, yang tidak lain merupakan tahap analisis dan interpretasi data mencakup langkah-langkah reduksi data, penyajian data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan /verifikasi.
Reduksi data diartikan secara sempit sebagai proses pengurangan data, namun dalam arti yang lebih luas adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan tidak relevan, maupun penambahan terhadap data yang dirasa masih kurang.
Penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun berdasar kategori atau pengelompokan-pengelompokan yang diperlukan.
Interpretasi data merupakan proses pemahaman makna dari serangkaian data yang telah tersaji, dalam wujud yang tidak sekedar melihat apa yang tersurat, namun lebih pada memahami atau menafsirkan mengenai apa yang tersirat di dalam data yang telah disajikan..
Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat-padat dan mudah difahami, serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan itu, khususnya berkaitan dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah yang ada.

Tahap dan Proses Analisis dan Interpretasi Data
Tahap analisis dan interpretasi data merupakan tahap yang pasti akan dilalui oleh para peneliti termasuk peneliti kualitatif. Dalam uraian pokok di atas telah dikemukakan bahwa tahap dan proses analisis dan interpretasi data, setidak-tidaknya terdiri atas tiga komponen penting yang meliputi (1) reduksi, (2) penyajian, dan (3) kesimpulan/ verifikasi.
Sedangkan tahap dan proses selengkapnya meliputi (1) Pengolahan data, yang terdiri dari kategorisasi dan reduksi data, (2) penyajian data, (3) interpretasi data dan (4) penarikan kesimpulan-kesimpulan/verifikasi. Tahap tahap di atas hendaknya dilakukan sedemikian rupa sehingga proses analisis dan Intepretastasi tersebut dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

PENYUSUNAN RENCANA PENELITIAN

Pengertian dan Komponen Rencana Penelitian
Penelitian apapun baik penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif tidak akan luput dari suatu tahap yang disebut dengan istilah tahap persiapan. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan penjajagan atau orientasi lapangan atau orientasi medan dan tahap penyusunan rencana penelitian serta instrumen penelitian.
Walaupun penelitian kualitatif lebih mendasarkan diri pada aktivitas di lapangan (sasaran penelitian) namun bukan berarti bahwa penyusunan rencana penelitian dapat ditinggalkan. Mengapa demikian karena bagaimanapun juga kegiatan penelitian itu harus bersifat terarah dan terfokus, termasuk juga penelitian kualitatif.
Penyusunan rencana penelitian dimaksudkan sebagai upaya menentukan arah, fokus, dan tujuan penelitian. Rencana penelitian sebagaimana dimaksudkan di sini seringkali tampil dalam berbagai ragam istilah, seperti rancangan penelitian, proposal penelitian, usul penelitian, project statement, project proposal, research design, dan lain-lain.

Fungsi Rencana Terhadap Jenis Penelitian Terpilih
Agar seluruh uraian kegiatan belajar 2, mudah dipahami, di bawah ini dibuatkan rangkuman sebagai berikut :
1.      Pengertian dan Isian Rencana Penelitian:
1.      Istilah perencanaan berasal dari kata rencana, serta berarti pembuatan rencana atau hasil merencanakan.
2.      Rencana atau rancangan (khususnya rencana atau rancangan penelitian) memuat tujuan dan cara-cara mencapainya.
3.      Menuju tujuan diperlukan pencegahan/penanggulangan hambatan dan pemeliharaan/ peningkatan dukungan agar setidak-tidaknya hasil pelaksanaan rencana mendekati tujuan rencananya.
4.      Konsekuensinya (c) terdapat sejumlah unsur yang harus dimuat ke dalam rencana penelitian yang disusun.
2.      Komponen Utama Rencana Penelitian:
1.      Unsur-unsur di atas merupakan langkah-langkah penelitian yang direncanakan, serta berkedudukan sebagai komponen rencana penelitian yang mencakup
1.      komponen penyerta
2.      komponen utama
2.      Terdapat beberapa penulis yang mengkomposisikan rencana penelitian secara sempit, terdapat pula penulis yang mengkomponenisasikannya secara luas masing-masing dengan keunggulan dan kelemahannya.
3.      Beberapa nama serupa bagi rencana penelitian:
1.      Rencana peneltian terkadang disebut dengan rancangan penelitian. Kedua-duanya lebih lajim diterjemahkan dengan research desaign daripada research plan.
2.      Research desaign terkadang dianggap menjadi bagian dari usul proyek penelitian (project proposal, project statement, research proposal)
3.      Research design terkadang disamakan dengan research method (metode penelitian).
4.      Pegangan pokok penelitian (term of reference) sering pula disamakan dengan usul proyek penelitian atau rancangan penelitian.

Oleh karena itu diperlukan penjernihan, yang penting bagi penyusunan rencana penelitian pada umumnya, maupun bagi penyusunan rencana dan pelaksanaan penelitian dalam rangka kenaikan pangkat pada khususnya.
4.      Fungsi Rencana terhadap Penelitian Terpilih
Penelitian, khususnya penelitian lapangan survey, akan dapat mencapai tujuan bila didahului dengan perencanaan yang benar. Pengorbanan dalam pembuatan rencana penelitian ini akan ditukar dengan kepuasan, karena penelitian yang dilakukan berhasil dengan baik.
5.      Rencana Penelitian Non-Sosial sebagai Pembanding:
1.      Sistematika dan rincian langkah penelitian yang bervariasi masih dapat diterima sepanjang masih logis, responsibel dan non-prinsipil.
2.      Antar bidang ilmu yang berbeda masih didapati inti yang sama, bahkan antar penelitian masing-masing bidang ilmu dapat terjadi proses saling mengisi.
3.      Kesulitan saling mengisi biasanya terjadi jika cara pengukuran dalam penelitian masing-masing bidang ilmu ternyata tidak sama.
4.      Terdapat variasi langkah yang disusun sebagai komponen rencana penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan masing-masing, khususnya dalam bidang:
1.      ilmu pengetahuan sosial
2.      ilmu pengetahuan hukum
3.      ilmu pengetahuan ekonomi.
Dengan kata lain:
5.      Antar rencana penelitian didapati serangkaian persamaan maupun perbedaan komponen baik dalam hal jumlahnya, jenisnya, maupun urutannya.
6.      Antar rencana penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan yang sama tidak perlu dijamin akan diperolehnya komponenisasi yang sama.
6.      Isyarat-isyarat dalam Penyusunan Rencana Penelitian
Penyusunan rencana penelitian mengenal norma-norma tertentu yang perlu ditaati agar:
1.      kualitas ilmiahnya tercapai, khususnya sebagaimana tercermin dalam tujuan penelitian yang direncanakan.
2.      Harapan mendapat persetujuan dari sponsor atau instansi bersangkutan terpenuhi.
3.      Tidak terjadi pemborosan energi.
4.      Tidak terjadi kesalahan/penyalahgunaan anggaran.
Sumber Buku Metode Penelitian Kualitatif