Senin, 02 September 2013

PUISI BUKAN BETA BIJAK BERPERI

BUKAN BETA BIJAK BERPERI
Rustam Efendi
Bukan beta bijak berperi
Pandai mengubah madahan syair
Bukan bela budak negeri
Musti menurut undangan mair
Syarat sarat saya mungkiri
Untai rangkaian seloka lama
Beta buang beta singkiri
Sebab laguku menurut sukma
Susah sungguh saya sampaikan
Degub-deguban di dalam kalbu
Lemah laun lagu dengungan
Matnya digamat rasain waktu
Sering saya susah sesaat
Sebab madahan tidak nak datang
Sering saya sulit mendekat
Sebab terkurung kikisan mamang
Bukan beta bijak berlagu
Dapat melemah bingkaian pantun
Bukan beta berbuat baru
Hanya mendengar bisikan alam


I. ANALISIS: BUKAN BETA BIJAK BERPERI

1. Tipografi
Tipografi yang dimiliki oleh puisi-puisi sajak “Bukan Beta Bijak Berperi” merupakan jenis tipografi yang teratur karena memiki jumlah suku kata yang sama yaitu 8-12 suku  kata. Selain itu juga memiliki jumlah kata yang tidak berbeda jauh dan persamaan bunyi yang serupa. Hal tersebut dimaksudkan agar irama dan rimanya menjadi teratur dan semakin indah untuk diperdengarkan dan dinikmati pembaca.

2. Diksi
Diksi yang digunakan disesuaikan dengan rimanya, sehingga mengambil sebagian diksi dari bahasa daerah dan bahasa lain. Diksi tersebut cocok digunakan dalam puisi tersebut. Rimanya sesuai dan memperindah puisi. Akan tetapi, diksi yang diambil dari bahasa tersebut kurang familiar di kalangan pembaca. Sehingga membuat pembaca yang masih awam merasa kesulitan dalam menafsirkan makna dan amanat dari puisi tersebut.
Diksi-diksi yang digunakan tersebut seperti, beta, bijak, berperi, madahan, mair, seloka, singkiri, sukma, laun, kalbu, mat, digamat, nak, mamang, dan alun. Diantara kata-kata terebut ada yang masih sangat jarang digunakan dalam karya sastra misalnya,
a.       Berperi        : berkata
b.      Madahan     : pujian
c.       Mair            : maut; kematian
d.      Seloka         : jenis puisi yang mengandung ajaran/sindiran
e.       Singkiri        : menghindari
f.        Laun            : pelan-pelan; perlahan; lambat
g.       Mat             : irama
h.       Gamat         : berlagu; melagukan
i.         Nak            : hendak
j.        Mamang      : peribahasa yang mengandung nasihat, bingung ketakutan
Puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” sangat sesuai untuk pembaca yang ingin menambah kosa kata baru di dunia kebahasaan. Selain itu, memperluas pandangan terhadap hal-hal yang baru.

3. Bahasa Kiasan dan Bahasa Retorik
Bahasa kiasan yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” terdapat tiga macam majas, yaitu:
a.       Majas Hiperbola
1)      Bukan beta budak negeri
2)      Meski menurut undangan mair
b.      Majas Personifikasi
1)      Dapat terkurung kikisan memang
2)      Dapat melemah bingkaian pantun
c.       Majas Tautologi
1)      Untai rangkaian seloka lama
d.      Majas Repetisi
1)      Bukan beta bijak berperi
2)      Bukan beta budak negeri
3)      Bukan beta bijak berlagu
4)      Bukan beta berbuat baru

4. Rima
Rima yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” bersajak silang a b a b. Dalam persajakan tersebut terdapat pula Aliterasi dan Asonansi.
Aliterasi yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” yaitu;
a.       Bait 1
1)      Bukan beta bijak berperi
2)      Bukan beta budak negeri

b.      Bait 2
1)      Syarat sarat saya mungkiri
2)      Beta buang beta singkiri

c.       Bait 3
1)      Susah sungguh saya sampaikan
2)      Degub-deguban di dalam kalbu
3)      Lemah laun lagu dengungan

d.      Bait 4
1)      Sering saya susah sesaat
2)      Sering saya sulit mendekat

e.       Bait 5
1)      Bukan beta bijak berlagu
2)      Bukan beta berbuat baru

Asonansi yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” adalah,
a.       Bait 2
1)      Syarat sarat saya mungkiri
2)      Untai rangkaian seloka lama
b.      Bait 3
1)      Matnya digamat rasain waktu

5. Imaji
Imaji yang terdapat pada puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” adalah unsur dengaran. Unsur dengaran tersebut diterangkan pada beberapa baris puisi, yaitu:
a.       Lemah laun lagu dengungan
b.      Matnya digamat rasain waktu
c.       Hanya mendengar bisikan alun

6. Tema dan Amanat
Tema dari puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” adalah Kebebasan berkarya sastra.
Amanat yang dapat diambil dari puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” adalah:
a.       Percayalah pada diri sendiri dalam membuat suatu karya.
b.      Jangan mudah putus asa dalam melakukan pekerjaan, orang lain akan tetap menghargainya.
c.       Carilah insiprasi dalam hidup dimana saja.
d.      Hendaknya kita jangan pesimistis.
e.       Jangan bimbang dan takut dalam melakukan hal yang dianggap benar.

7. Makna Puisi
Makna dari puisi diatas adalah penulis mengungkapkan bahwa dirinya tidak dapat berkata dengan bijaksana. Tidak pandai mengubah pujian dari syair. Penulis bukanlah budak Negara, walaupun harus menghadapi kematian. Ketentuan penuh telah penulis abaikan. Bahkan serangkaian sajak seloka lama, penulis juga telah mengabaikannya, karena penulis menganggap lagunya lahir dari jiwanya. Penulis merasa kesulitan untuk dapat menyampaikan irama yang terdapat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar