Jumat, 18 Juli 2014

8 TOKOH BERINISIAL D

8 Tokoh Berinisial “D” dalam Serial One Piece
900 tahun yang lalu dunia di kuasai oleh orang orang yang memiliki tekad D, kemudian terjadi kudeta yang di lakukan oleh leluhur kaum naga langit . seluruh orang yang memiliki inisial D di habisi , kaum naga langit ingin mengubah sejarah yang ada , tapi beberapa orang yang berinisial D yang selamat bertekad suatu hari akan membalas dan merebut kembali dunia dari tangan kaum naga langit. Mereka kemudian menurunkan sejarah yang terjadi dalam bentuk Rio Poneglyph yang terbagi menjadi beberapa bagian di seluruh penjuru grand line yang di tulis dalam bahasa kuno, lengkap dengan senjata senjata yang dapat di gunakan untuk merebut kembali dunia : Pluton (arabasta), Poseidon(skypea), Neptun. setiap pulau yang di warisi poneglyph harus menjaganya agar dapat di turunkan kepada pemilik tekad D yang pantas. Keseluruhan poneglyph akan menuntun orang yang sanggup menemukannya pada fakta sejarah yang hilang 900 tahun yang lalu di mana kunci terakhir berada di ujung grandline raftel. Hanya ada satu kelompok yang telah sampai di pulau ini yakni kelompok Bajak Laut Roger.
Captain Gold D Roger yang telah membaca seluruh poneglyph menyadari sejarah 900 tahun yang lalu, tapi sayang dia tidak berniat pada kata “menguasai”. akhirnya dia memutuskan untuk menunggu orang yang benar benar pantas untuk mendapat One Piece.
Selain Roger masih ada yang juga telah mencapai raftel mereka adalah Silvers Rayleigh, Shanks, Buggy, dan seluruh kru Roger, mereka mengetahui fakta sejarah ini tetapi mereka tidak bisa berbuat banyak karena mereka bukan keturunan marga D. Captain Gold D. Roger sempat memberitahu Shirohige cara pergi menuju raftel tapi sayang shirohige tidak tertarik. World government menyebut Roger sebagai raja bajak laut di karenakan dia adalah orang yang telah mengetahui fakta 900 tahun yang lalu, atas dasar itulah World Government memerintahkan marine untuk memburu orang orang yang berinisial D. Captain Gold D.Roger terburu & ditangkap, lalu di hukum mati setelah menyerahkan diri pada Marine sebagai balasan agar putranya Gold D Ace bisa tetap hidup dan dia bermaksud menjadikan Ace sebagai peraih One Piece

Para Penyandang Initial D Dalam Seri One piece : 


1. Gold D. Roger 
Gold D. Roger atau dikenal sebagai Gold Roger adalah karakter fiksi dari manga dan anime One Piece. Dia adalah orang pertama yang muncul dan menjadi pencetus dimulainya Era Bajak Laut yang menjadi latar kisah ini. Sampai sekarang, Gold Roger adalah pemegang kunci cerita ini walau hanya muncul sesaat. Gold D. Roger adalah sang raja bajak laut, sebagai bajak laut terkuat yang memiliki harta legendaris, One Piece. Roger dikenal sebagai orang yang dapat menaklukan Grand Line dahulu. Dia tidak takut akan bahaya Grand Line, tingkat bahaya yang tinggi membuat tempat tersebut memiliki julukan “Kuburan Bajak Laut”, namun hal itu malah membuat Gold D. Roger tertarik untuk pergi ke sana. Dia dikatakan tidak punya rasa takut. 22 tahun yang lalu, di mana Roger dieksekusi, setelah di ungkapkan Rayleigh The Dark King (tangan kanan Gold D. Roger) bahwa sebenarnya Gold D. Roger tidak ditangkap, tetapi menyerahkan diri. Menurut Kapten Smoker, dia tersenyum karena sudah siap menerima kematiannya. Pada beberapa lagu pembuka (opening theme), sang raja bajak laut selalu mengatakan suatu hal dan yang jelas sangat berhubungan dengan keberadaan One Piece. Pada prolog cerita One Piece, (narator) menyatakan:

“ Kekayaan, kemasyhuran, kekuasaan. Seorang pria yang memiliki segalanya di dunia ini, Sang Raja Bajak Laut, Gold D. Roger !  Dan berikut adalah karakter yang sudah jelas punya hubungan dengan Roger
·         :Shanks (si Rambut Merah) : Salah satu murid awak kapal Roger.
·         Buggy (si Badut) : Salah satu murid awak kapal Roger.
·         Tom San (Bangsa Mermaid) : Pembuat kapal Gold Roger, kapal tersebut bernama Oro Jackson.
·         Kapten Smoker : Captain Marine yang saat itu menyaksikan Roger dieksekusi.
·         Laksamana Madya Garp : laksamana madya yang berhasil memojokkan Roger beberapa kali di laut.
·         Edward Newgate alias Shirohige : Dia adalah orang satu-satunya yang pernah duel bertanding seri melawan Roger.
·         Gold Lion Shiki  (Kinjishi) : Pernah bertarung dan kalah melawan Roger di pertempuran Edd (Edd War).
·         Gan Fall :  Adalah dewa Skypiea yang menjadi teman baik selama Roger ada di Skypiea.
·         Silver Rayleigh : Tangan kanan Gold D. Roger, yang saat ini tinggal di Shabondy Archipelago.
·         Portgas D. Ace : Adalah anak kandung dari Gold D. Roger dan Portgas D. Rouge.
·         Crocus : adalah salah satu kru di kapal Gold D. Roger sebagai dokter di kapal tersebut.

2. Portgas D. Rouge
Portgas D. Rouge adalah merupakan ibu kandung dari Portgas D. Ace & istri dari Gold D. Roger. Dia mengandung Ace selama 20 bulan untuk mengelabui pihak angkatan laut yang terus mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan Roger walaupun Roger sudah di eksekusi. Dia melahirkan Ace di pulau Baterilla , South Blue dan setelah melahirkan Ace, kemudian dia pun Meninggal. Tidak banyak diketahui tentang istri Gold. D Roger ini.

3. Portgas D. Ace
Portgas D. Ace (Gold D. Ace) adalah karakter fiktif dalam manga dan anime One Piece. Ia lebih dikenal dengan nama Fire Fist Ace, ia merupakan kakak adopsi Monkey D. Luffy dan anak Raja Bajak Laut, Gold D. Roger dan ibunya, Portgas D. Rouge. Dia diadopsi oleh Monkey D. Garp dikarenakan keinginan Gold D. Roger sebelum kelahirannya. Sekarang dia telah bertarung dengan orang yang diburunya selama ini, Kurohige (Marshall D. Teach), akhir dari pertarungan mereka masih belum jelas. Namun sepertinya Ace kalah diakibatkan oleh kekuatan Teach yang begitu kuat dan akhirnya ia dikirim ke Penjara bawah laut Impel Down Ace adalah orang yang lebih berkharisma daripada adiknya, dan tidak memiliki sifat “bodoh” seperti para penyandang nama “D” yang lain. Ace tidak menggunakan nama marga dari ayahnya Gold D. Roger, Sang Raja Bajak Laut, tapi dia menggunakan marga dari ibunya yaitu Portgas. Karena ia ingin menyembunyikan kenyataan bahwa ayahnya adalah Sang Raja Bajak Laut Roger. Selain itu, Ace memiliki kebiasaan buruk yaitu tertidur di saat yang tidak tepat. Mimpi Ace adalah menjadikan Edward Newgate (Shirohige) menjadi raja bajak laut, dikemukakan pada kalimat terakhirnya saat melawan Kurohige.Kekuatan puncak Ace adalah kekuatan Buah Iblis nya Mera Mera, kekuatan Logia (Alam) yang membuat dia dapat menguasai api dan mengubah tubuhnya menjadi api. Tanpa kekuatan buah iblisnya, Ace dasarnya adalah orang yang kuat, juga seperti yang dikemukakan oleh Van Auger
Jurus-jurus Ace: 
·         Kagerou(Heat Haze) : Ace melemparkan semacam arus api dari tangannya untuk menghentikan musuh(pertama kali digunakan kepada smoker pada saat smoker ingin menangkap luffy di albasta)
·         Hiken(Fire Fist) : Ini merupakan Jurus yang paling sering digunakan ace karena itu ace dijuluki sebagai “Si Tinju Api”.Seperti julukannya jurus ini digunakan dengan cara ace mengepalkan tanganya dan meninju hingga keluar sederetan api(hampir sama dengan Gomu-Gomu No Pistol luffy hanya saja ini mengeluarkan api)
·         Enkai, Hibashira(Flame Commandment,Fire Pillar) : Ace mengeluarkan api dari seluruh tubuhnya dan membuat pilar api.
·         Hotarubi, Hidaruma(Firefly Fire,Body Covered in Flames) : Ace melemparkan bola-bola api dan mengendalikan bola-bola tersebut untuk menabrak musuh secara bersamaan.
·         Shinka, Shiranui(Sacred Fire,Mysterious Light at Sea) : Ace membentuk tangannya menjadi tombak-tombak api dan melemparkannya ke musuh.
·         Juujika(Cross-fire) : Ace membentuk jarinya menjadi bentuk salib dan menembakan sinar api dari jari tersebut.
·         Daienkai, Entei(Great Flame Commandment: Flame Emperor) : Merupakan jurus ace yang sangat kuat,ace menggunakan seluruh api yang ada dari tubuhnya dan membentuk bola besar seperti bola matahari dan melemparkannya ke musuh.
Ace juga merupakan Komandan Divisi kedua yang sangat penting di Whitebeard Pirates dan mantan kapten Spade Pirates. Pada Akhirnya Ace bertemu dengan kematian di tangan Admiral Akainu yang disaksikan langsung oleh Monky D. Luffy (Menjadi peristiwa terburuk yang dialami Luffy). Sebagai penggemar One Piece, kita mengetahui bahwa Ace ini memang sangat berwibawa. Namun bagi kebanyakan wanita pecinta One Piece, Ace adalah karakter paling keren yang pernah mereka ketahui dalam serial ini.

4. Jaguar D. Saulo
Laksamana Madya Saulo, adalah seorang raksasa yang menjadi sahabat Nico Robin di Ohara 20 tahun yang lalu (dia mengatakan kalau dia bukan dari Elbaf layaknya Dorey atau Burogy). Dia menjadi seorang desertir dari Angkatan Laut karena tidak setuju atas tindakan Buster Call, kemudian lari sambil menyelamatkan tawanan mereka, Nico Olvia.
Saulo adalah pemegang penuh keadilan moril, sejak awal dia sudah meragukan tindakan angkatan laut dan pemerintah. Dia adalah orang yang meledakkan kapal penelitian sarjana dari Ohara dan berhasil menangkap Nico Olivia, ibu Robin. Saat itu Saulo juga masih meragukan tindakannya benar atau salah. Dia juga sangat tertarik dengan abad kekosongan atau sejarah 100 tahun yang hilang, sama seperti sarjana Ohara.
Pada suatu hari, dia dipanggil oleh Sengoku untuk menjadi salah satu pemimpin Buster Call (BC) ke Ohara. Saulo tidak setuju karena tindakan itu sangat tidak rasional, karena membunuh orang tanpa alasan, apalagi kali ini targetnya adalah para sarjana yang ingin menggali ilmu. Kemudian Sengoku membentaknya dengan tegas. Saulo sudah merasa jalan hidupnya salah, sehingga dia membawa Olivia yang menjadi sandera dan mereka berdua kabur dari markas. Akhirnya Saulo terdampar di pulau yang tidak disangkanya, Ohara. Disana dia ditolong oleh Nico Robin kecil dan mereka bisa akrab. Saulo mengajari Robin tentang kebahagiaan bila tertawa, ini juga pertama kalinya Robin mendapatkan seorang teman. Setelah mengetahui kalau Robin adalah putri Olivia sekaligus kalau pulau itu adalah Ohara, dia segera menyuruh Robin lari karena akan dilakukan BC. Saulo kemudian muncul disaat genting BC ketika Robin tidak mau meninggalkan ibunya, Olivia kemudian memohon pada Saulo untuk menjaga dan menyelamatkan Robin dari BC. Saulo berlari menuju pantai dimana ada rakit yang baru dibuatnya.
Di tengah perjalanan, Saulo tertembak oleh meriam dari kapal BC. Saulo mengamuk dan menghancurkan kapal-kapal BC di pantai, disaat itu, muncul laksamana madya Kuzan (atau sekarang Aokiji). Sebelum bertarung, Saulo menanyakan pada Kuzan apakah BC itu tindakan yang benar, Kuzan tidak peduli dan menyerang Saulo, membekukannya dengan kekuatan buah iblis. Sebelum tubuhnya benar-benar membeku, Saulo meninggalkan pesan terakhirnya pada Robin:

“ Dengar baik-baik Robin, mungkin sekarang kau memang sendirian… Tapi kelak, kau akan bertemu teman. Laut sangat luas, kau pasti akan bertemu teman-teman yang akan melindungimu, tidak ada seorang pun yang dilahirkan sendirian. Lari Robin, jangan menoleh ke belakang, bukankah sudah kuajarkan? Di saat sedih, kau harus tertawa !! Dereshishishishi, mereka sedang menunggumu di laut sana,pergi dan temui teman-temanmu Robin !! ”
Saulo kemudian membeku dengan tawa di wajahnya, Robin berlari menjauh sambil menangis.
Kematian Saulo masih diperdebatkan, karena Saulo sendiri adalah sahabat Kuzan. Juga jurus yang dilakukan Kuzan saat itu adalah Ice Time Capsule, berbeda dengan jurus Kuzan ketika membekukan musuh lain (seperti Luffy) yaitu Ice Time. Disini ada istilah “Time Capsule” (kapsul waktu) yang dalam penggunaannya merujuk pada sesuatu yang dapat menyimpan benda sehingga tetap utuh walaupun harus melintasi waktu panjang. Beberapa karakter di One Piece punya tawa yang aneh, untuk Saulo tawanya adalah “dereshi” (contoh:”Dereshishishishi !!)

5. Marshall D. Teach
Marshall D. Teach atau dikenal dengan nama Kurohige adalah tokoh fiktif dalam manga dan anime One Piece. Dia adalah pemimpin dari Kelompok Bajak Laut Kurohige (janggut hitam) yang memiliki kekuatan buah iblis Yami Yami yang membuatnya dapat berubah menjadi kegelapan. Logat tertawanya adalah “Zehahahahaha!!”
Kurohige, dulu adalah seorang anggota Kelompok Bajak Laut Shirohige. Dia berada di kapal Shirohige semata-semata hanya untuk mendapatkan buah iblis yang diinginkannya. Setelah beberapa waktu berlalu, dia sudah menyerah, tetapi ternyata pimpinan divisinya, yaitu Sachi, telah memilikinya. Kemudian dia membunuh Sachi dan mencuri buah iblisnya, lalu kabur dari kapal Shirohige. Teach menjadi buronan terberat dikalangan anggota Shirohige, sehingga sang kapten, Edward Newgate mengutus komandan divisi 2nya, Portgas D. Ace untuk mencarinya.
Teach adalah pemilik kekuatan buah iblis
 Yami Yami (kegelapan), yang membuatnya dapat memanipulasi kegelapan. Buah Yami Yami dikatakan sebagai buah iblis istimewa karena merupakan Buah Iblis yang bersifat gravitasi. Kekuatan buah iblisnya yang membuatnya “menyerap” apapun, sehingga dia masih bisa terluka walaupun kekuatannya adalah kekuatan Logia (kekuatan Logia umumnya tidak bisa diserang fisik karena akan berubah bentuk). Tapi kekuatan “menghisap” ini menjadi sebuah kekuatan buah iblis dahsyat yang bersifat murni menghancurkan.
Selain itu, Teach juga orang yang diketahui pernah bertempur dengan Shanks, berhasil melukainya, dan membuat 3 bekas luka di mata kirinya. Membuat Teach menjadi bajak laut yang ditakuti Shanks sementara ini.

6. Monkey D. Garp 
Laksamana Madya Garp, adalah Laksamana Madya legendaris yang telah memojokkan Gold Roger berkali-kali di laut. Garp dijuluki sebagai Garp sang Tinju besi karena tinjunya sangat kuat sehingga dapat melontarkan meriam sekalipun. Garp diketahui sebagai kakek Luffy, dengan nama marga sama (Monkey) dan sebagai salah seorang penyandang nama D. . Garp pertama muncul di cerita halaman depan buku harian Coby Meppo (juga difilmkan) dimana dia yang akan menerima pemindahan tahanan (Kapten Morgan) terakhir. Garp bertemu Coby dan Helmeppo (yang pangkatnya kacung) yang ada di kapal tahanan, ketika itu, Morgan berusaha melarikan diri dan menghujamkan kapak ke tubuh Garp. Garp kemudian bangun beberapa saat kemudian ketika Coby akan menyelamtkan Helmeppo dengan menembakkan meriam, Garp mencegahnya dengan meninju meriam sampai bengkok. Ketika ditanya kenapa dia bisa terbangun, dia hanya menjawab “Ketika diserang tadi aku tertidur”.
Garp muncul kembali di Water 7, setelah diperintah Sengoku untuk menyerang Kelompok Bajak Laut Topi Jerami yang sedang menunggu Log ke pulau berikutnya. Garp langsung meninju Luffy, Luffy kaget dan berteriakk “Kakek !!”, dan semua anggota di situ berteriak heran. Garp tidak menyerang Luffy karena dia adalah cucunya sendiri, dan dia menetap sebentar untuk bercerita bersama Luffy, termasuk tentang keberadaan 4 kaisar dan kenyataan tentang ayah Luffy, Monkey D. Dragon. Setelah permisi kepada Luffy, dia kemudian meninggalkan Water 7. Tetapi ketika kru meninggalkan Water 7, mereka diserang Garp dengan menembakkan tinju meriam, kelihatanya Garp ketahuan oleh Sengoku dan Aokiji kalau mereka adalah cucu dan kakek.
Garp melatih Luffy dan Ace sejak kecil dengan keras, seperti menjatuhkan mereka ke dalam jurang, meninggalkan mereka di hutan tengah malam dan mengikatnya dengan balon sehingga mereka terbang ke atas semata-mata untuk menjadi seorang pelaut yang hebat. Mengejutkannya, mereka berdua malah menjadi bajak laut, bahkan terkenal. Garp juga kelihatannya bersahabat dengan Woop Slap, kepala desa dimana Luffy tinggal. Dia memiliki sifat sama parahnya dengan keluarganya yang lain, terutama Luffy, misalnya tertidur di waktu yang tidak tepat, mengupil dan mengucapkan hal penting seenaknya sendiri. Dia juga pernah mencoba “beraksi”, ketika pertama masuk ke Gedung Galley-La Company dengan meninju tembok, dia berkata itu keren, da pada akhirnya dia sendiri yang menambal temboknya nanti. Menurut Shirohige, dia adalah salah satu orang yang masih mengenal “lautan”. Di Angkatan Laut, dia adalah pemimpin dari markas cabang G-3 Grand Line, dan dia memiliki tema hewan anjing, seperti yang terlihat pada tudung kepalanya.

7. Monkey D. Dragon
Belum diketahui bagaimana masa lalu dari Dragon kecuali kalau dia merupakan ayah dari Monkey D. Luffy. Sekitar 6 tahun yang lalu, dalam pertemuan para dewan kerajaan, Thallasa Lucas, raja dari Kerajaan Illusia melaporkan bahwa Dragon sang Revolusioner akan sangat membahayakan Pemerintah Dunia dalam 5 atau 6 tahun kedepan. Ia terlebih dulu muncul setelah halilintar tiba-tiba menghancurkan tiang gantungan di mana Luffy seharusnya dihukum mati oleh Buggy si Badut dan lalu mencegah agar Luffy tidak ditangkap oleh Kapten Smoker di kota Logue Town yang merupakan kota kelahiran Sang Raja Bajak laut Gold D. Roger.
Dragon dikenal juga sebagai pemimpin dari Kelompok yang menanmakan diri mereka sebagai revolusioner. Tujuan dari kelompok ini adalah menjatuhkan pemerintahan dunia yang membawahi lebih dari 170 negara di dunia. dikatakan bahwa saat pertemuan Pemerintah Dunia pada Marie Joa, itu dikatakan beberapa tahun lagi, dia akan menjadi ancaman dunia. Dia sudah dicap sebagai “Penjahat Dunia yang paling buruk” oleh Pemerintah Dunia. Kelompok ini beraksi menjatuhkan pemerintahan dunia dengan cara melakukan revolusi di negara-negara yang menjadi anggota dari Pemerintah Dunia. Beberapa negara sudah berhasil mereka jatuhkan.

8. Monkey D.
 Luffy  
Dia adalah kapten dari Kelompok Bajak Laut Topi Jerami, dan berasal dari Desa Fusha. Sebelumnya, kepala Luffy dihargai 30 juta berry setelah mengalahkan Arlong dan menjadi harga tertinggi di wilayah East Blue (nilai nominal untuk kriminal di East Blue adalah 10 juta berry). Kemudian dia meraih harga 100 juta berry untuk kepalanya setelah mengalahkan Sir Crocodile, salah satu dari Shichibukai, dan naik menjadi 300 juta berry setelah peristiwa di Enies Lobby. Lalu harganya naik menjadi 400 juta berry setelah peristiwa Impel Down dan peperangan di Marineford. (Sumber : Animumangaku)


100 CARA PROMOSI KARAKTER DI SEKOLAH

100 Ways to Promote Character Education in Schools
(This list of successful strategies was collected from numerous teachers and administrators, compiled by the staff of the Center for the Advancement of Ethics and Character at Boston University.

1.       Hang character education posters in halls and classrooms. Refer to traits throughout the day in different subjects as appropriate.
2.       Promote a project for each class that contributes positively to the school or neighborhood/community environment.
3.       Be vigilant to prevent and stop scapegoating of one student by others.
4.       Modify current recognition programs to include character achievement.
5.       Encourage students to identify a charity, collect donations and help administer the distribution of goods or funds.
6.       Consistently prohibit gossip and, when appropriate, address/discuss its damaging consequences.
7.       Enforce a zero-tolerance policy on swearing. Prohibit vulgar and obscene language in the classroom, on school grounds, and at school-sponsored activities.
8.       Don’t allow unkindness of any kind in your classroom; no “put-downs.”
9.       Help students to see that the “good” in others is more than academic success.
10.    Use morning announcements, school/classroom bulletin boards, and/or the school newsletter to highlight various accomplishments - particularly character oriented ones - of students and faculty members.
11.    When conflicts arise, teach about self-discipline, respect, integrity and the responsibility to discreetly inform appropriate adults.
12.    Have students take turns caring for class pets during the week, on weekends, over holidays and vacations. Discuss and demonstrate the responsibility to care for living creatures.
13.    Invite student volunteers to clean up the neighborhood or community.
14.    Create a code of behavior for your classroom/school to which students and teachers agree.
15.    Add character traits to your parent/student/school compact.
16.    Share a personal hero and tell the students why he/she is your hero.
17.    Regularly weave character into your discussion of literature, history and other subjects, asking “What’s the right thing to do?” and follow up with a discussion.
18.    Lead by example. Address students respectfully; clean the chalkboard for the next teacher; pick up litter on the playground or in hallways; admit when you have made a mistake.
19.    Treat ethical issues like other intellectual issues – get the facts, gather evidence, weigh consequences and options, make a decision and follow through.
20.    Write, call or visit parents to praise their child.
21.    Include the study of “local heroes” or “heroes in the news” in your classes.
22.    Institute an honor system for test-taking and homework assignments.
23.    Use the language of character traits: “I have a responsibility to…,” “It demonstrates integrity when…,” “Picking up litter shows responsibility and respect for our school…”
24.    Reinforce the moral authority of parents, urging students to take their problems to their parents. Discuss why this is sometimes difficult.
25.    Create a character education bulletin board or section in your classroom; post sayings on the wall that encourage good character.
26.    Have students write their own sayings of significance or create a personal motto; display on walls.
27.    Share stories of ethical conflict from literature, current subjects, in the news or movies/TV shows.
28.    Encourage students to bring in articles about moral issues.
29.    Discuss campus “issues of character” on a regular basis (vandalism, good deeds, etc.).
30.    Make classroom expectations clear and hold students accountable for them.
31.    Strive to be consistent in dealings with students; avoid allowing personal feelings to interfere with fairness.
32.    Require students to behave responsibly and respectfully when watching athletic competitions.  Have students identify what such behavior “looks like” and “sounds like.”
33.    In physical education and sports programs, place a premium on good sportsmanship. Again, what does good sportsmanship “look like” and “sound like.”
34.    Teach students about competition, helping them to see when it is valuable and when it is not.
35.    Read aloud a “Two-Minute Story” every day to begin or end the school day. Choose stories that are brief, yet value-centered. (The Chicken Soup for the Young/Teenage Soul series is a good resource.)
36.    Explain the reasons for a particular school or classroom policy, action or decision. Help students understand the “why” not just “what.”
37.    Have students discuss the ethical and character-developing elements of being a good student.
38.    Talk with your students about why you’re a teacher. Explain how you understand the responsibility and integrity of your profession.
39.    Let students know about your community service. Tell them about volunteering in a food bank, coaching Little League or teaching at your temple or church.
40.    Teach students to analyze the media critically. To what extent do their messages encourage living a life of character?
41.    Bring recent high school graduates back to talk about their successful transition to college, work or the military. Ask them how good moral habits have helped in their adjustment.
42.    Invite local adults to talk about how they have integrated character traits into their lives.
43.    Help reinforce students’ empathy. Ask questions like, “How would you feel if no one would play with you?” or “How would you feel if someone made fun of your name because they thought it was different?” Follow up with “What choice can you make to show integrity (self-discipline, respect, responsibility, etc.)?”
44.    Overtly teach respect and courtesy. Model and ask students to identify what respect “looks like” and “sounds like.”
45.    Teach students how to listen attentively to other students and adults and to avoid interrupting people. Again, what does it “look like” when you are listening respectfully to someone.
46.    Read and discuss biographies of accomplished individuals. In upper grades, encourage students to be discerning, seeing that an individual may have flaws but still be capable of much admirable action.
47.    Assign older students to assist younger ones to show them the school.
48.    Emphasize from the first day of class the importance of working hard and striving for certain standards of achievement.
49.    Encourage high school students to become more active in their community by performing service or attending city council or school board meetings.
50.    During elections, encourage students to research candidates’ positions.
51.    Have older students sponsor a potluck supper for their parents. Have students cook, decorate, serve and clean up.
52.    Work together as a class or school to clean up classrooms or school grounds on a regular basis.
53.    Have the entire school identify campus beautification as an annual theme. Have each club contribute to the project.
54.    Encourage high school students to volunteer for voter registration drives, and, if eligible, to vote.
55.    Teach students how to write thank-you notes. As a class, write thank-you notes to people who have done thoughtful things.
56.    Insist that quality matters. Homework that stimulates and challenges students should be handed in on time, neat and complete. Details do count.
57.    Help students form friendships. When forming cooperative learning groups, keep in mind both the academic and emotional needs of the students. Use this as an opportunity to group students who might not otherwise interact.
58.    Teach responsibility by instituting a student tutoring program.
59.    Have students memorize poetry and important prose selections such as the Preamble or parts of the Gettysburg Address. In the process, make sure they understand the ideas that make these works worthy of committing to memory.
60.    In science, address when appropriate the ethical considerations of that field of study.
61.    In math classes, specifically address traits such as perseverance, hard work, self-discipline and responsibility required to be successful math students.
62.    In social studies, continuously examine the responsibilities of the citizen. Help students identify what they can do right now to build the habits of responsible citizenship.
63.    Follow through. Do what you say you will do. For example, administer tests when they are scheduled with thorough preparation and adequate notice; don’t cancel at the last minute after students have prepared.
64.    Model integrity; let students observe that you live the expectations of hard work, responsibility, gratitude and perseverance that you place upon them.
65.    Teach justice and compassion by helping students separate the doer from the deed.
66.    Ensure students have a firm understanding of what constitutes plagiarism and of the school’s policy against it. More importantly, help them to understand why it is wrong and teach them how to use an author’s work as a reference, a direct quote or paraphrase.
67.    As a staff, agree schoolwide on format and criteria for research papers, footnotes and bibliography. Teach students how to use footnotes and bibliography as a regular part of any research assignment in any subject area.
68.    Never underestimate the power of stories to build a child’s moral imagination. Read aloud daily.
69.    Stand up for the “underdog” when he or she is being treated unfairly. Use this as a teaching moment.
70.    Start or expand a class or school recycling program. Talk about the general principles of carefully using what you have and not wasting as part of our obligation as citizens of the world and caretakers of the environment.
71.    Use programs already in place such as DARE, Impact or the National Honor Society, to reinforce character traits.
72.    Have students create songs, acrostic poems or skits illustrating character traits. Let them perform at monthly assemblies.
73.    Emphasize the significance of school traditions and rituals. Discuss the importance of recognizing certain customs as a community.
74.    Start a pen pal exchange between your students and students from another school. Share ideas about what your class is doing to develop character.
75.    When making school policy, allow student participation and responsibility in some decisions.
76.    Collect interesting thought-provoking quotes worthy of reflection, discussion and writing such as, “You cannot embrace victory unless you have tasted defeat” (Michael Jordan) or “The truth never becomes clear as long as we assume that each one of us, individually, is the center of the universe, “ (Thomas Merton). Ask students to do the same.
77.    Identify excellent literature selections for your grade level that address specific character traits; share ideas regularly at staff/grade level meetings.
78.    Develop a school motto.
79.    Institute a “Character Honor Roll.”
80.    Include discussions of the school’s “moral climate” and the desired goals for the moral life of the school at staff meetings.
81.    Create a bulletin board where teachers and administrators can share their own “100 Ways to Promote Character Education.”
82.    Include references to the character traits in school newsletters.
83.    Create/revise school brochure to include a reference to “Building Good Citizenship through Character Education.”
84.    Include anecdotes of commendable student behavior in the school newsletter.
85.    Develop with students a “School Code of Ethics” that reflects the character traits. Distribute copies to all school members for display.
86.    Publicly recognize the work and achievements of the school’s “unsung heroes” – custodians, maintenance workers, secretaries, cafeteria workers, bus drivers and volunteers - and connect to character traits.
87.    Seek ways to involve local businesses in the life of the school, perhaps through mentoring opportunities or partnerships with student groups.
88.    Establish a Newcomers’ Club for newly hired personnel and entering students.
89.    Have athletes and coaches collaborate to develop a code of ethics for athletics.
90.    Communicate with parents appropriate ways they can help their children develop responsibility with their schoolwork.
91.    Encourage teachers to send out monthly newsletters to parents that include references to ongoing character development in the classroom.
92.    Have students write in their journals about character traits.
93.    Designate a section in the school library that contains books with stories depicting respect, responsibility, honesty, integrity, self-worth and self-discipline and other moral lessons.
94.    Add books on character and moral development to your parent resource center.
95.    Make the discussion of moral development and current school projects a regular part of parent meetings.
96.    Label the behavior of students using the vocabulary of character development: “You demonstrated integrity when you turned in the money you found on the playground.” Teach students to use this language.
97.    Include character traits on spelling lists.
98.    Involve the entire school community (advisors, counselors, yard duty, bus drivers, volunteers, custodians) in reinforcing character traits and using the vocabulary.
99.    Use Newspapers in Education as a resource to discuss issues of character.
100.  Remind students – and yourself – that building good citizenship through character education is not an easy or one-time project. Fashioning our character is the work of a lifetime.

Center for the Advancement of Ethics and Character
605 Commonwealth Avenue
Boston, MA 02215

(617).353.3262

Minggu, 30 Maret 2014

KECERDASAN EMOSI

Kecerdasan Emosi dari Pandangan Daniel Goleman

Pengertian Kecerdasan Emosi
Akar kata emosi adalah : movere  kata kerja bahasa Latin  yang berarti “menggerakkan, bergerak”  ditambah awalan  “e”  untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak  merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman dalam bukunya Kecerdasan Emosional, semua emosi (2002:7) pada dasarnya adalah  dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur (evolusi), dan emosi  juga sebagai  perasaan dan fikiran-fikiran khas, suatu keadaan biologis, dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi dapat dikelompokkan pada rasa amarah, kesedihan, takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu, dalam kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas dari stres, tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati, dan berdoa (Goleman, 2002:45). Dengan demikian yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk memahami serta mengatur suasana hati agar tidak melumpuhkan kejernihan berfikir otak rasional, tetapi mampu menampilkan beberapa kecakapan, baik kecakapan pribadi maupun kecakapan antar pribadi. Dilihat dari segi peserta didik, siswa yang merasa kecerdasan emosionalnya baik, dengan contoh siswa merasa senang, akan bergairah dan semangat dalam belajar, disamping motivasi belajar. Dengan demikian, perasaan siswa menjadi suatu sumber energi dalam belajar, disamping motivasi belajar. (Winkel, 2004:207)

2.  Unsur-Unsur Kecerdasan Emosi Menurut Daniel Goleman
Goleman berpendapat ada dua macam kerangka kerja kecakapan emosi yaitu kecakapan pribadi dan kecakapan sosial. Masing-masing dari kecakapan tersebut memiliki ciri-ciri tertentu yang digabung menjadi lima ciri.
Adapun kelima ciri-ciri tersebut, menurut Goleman dalam bukunya yang berjudul Kecerdasan Emosional (2002:63), disimpulkan bahwa 5 ciri-ciri seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi menurut teori Goleman dapat ditabelkan berikut ini:

Lima wilayah ciri-ciri Kecerdasan Emosional

5 Wilayah kecerdasan Pribadi dalam bentuk
kecerdasan Emosional
1.
Kesadaran Diri
2.
Pengaturan Diri
3.
Motivasi Diri
4.
Empati Diri
5.
Keterampilan Sosial

a.    Kesadaran Diri
Para ahli psikologi menggunakan metakognisi untuk menyebutkan proses berfikir untuk menyebut kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Adapun Goleman  lebih menyukai istilah kesadaran diri untuk menyebut dua kesadaran di atas (Goleman,2002:63).  
Kesadaran diri menurut Goleman bukanlah perhatian yang larut ke dalam emosi akan tetapi lebih merupakan modus netral yang mempertahankan refleksi diri di tengah badai emosi (Goleman,2002:64). Hal ini juga dikenal dengan istilah “Stemming dasar” atau nada dasar alam perasaan, yang lebih kurang menetap. (Winkel, 2004:208).
Menurut Goleman Kesadaran diri yaitu mengetahui apa yang ia rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri, dan kepercayaan diri yang kuat (Mts Ma’arif Manggung, 2011:02).
Dalam buku Kecerdasan Emosional (2002:62), Goleman memaparkan contoh kesadaran diri yaitu :
“Alkisah, di Jepang ada seorang Samurai yang suka bertarung. Samurai ini menantang seorang guru Zen untuk menjelaskan konsep surga dan neraka. Tetapi pendeta menjawab dengan nada menghina, ”Kau hanyalah orang bodoh, aku tidak mau menyia-nyiakan waktu untuk orang macam kamu.” Merasa harga diri direndahkan, Samurai itu naik darah. Sambil menghunus pedang, ia berteriak, ”Aku dapat membunuhmu karena kekurangajaranmu.” “Nah,” jawab pendeta itu dengan tenang, ”Itulah neraka.” Takjub melihat kebenaran yang ditunjukkan oleh sang guru, amarah yang menguasai diri samurai itu menjadi tenang, menyarungkan pedangnya, dan membungkuk sambil mengucapkan terima kasih pada sang pendeta itu atas penjelasannya. ”Dan” kata sang pendeta, ”Itulah surga.”
 Kesadaran mendadak Samurai terhadap gejolak perasaannya adalah inti dari kecerdasan emosional, yaitu kesadaran akan perasaan diri sendiri waktu perasaan itu timbul.
Menurut Goleman (2002:428), dalam bukunya kecerdasan emosi untuk meraih puncak prestasi. Kesadaran diri tidak terbatas pada mengamati diri dan mengenali perasaan akan tetapi juga menghimpun kosa kata untuk perasaan dan mengetahui hubungan antara  fikiran, perasaan, dan reaksi.
Menurut Goleman (2002:95) mengatakan bahwa kesadaran seseorang terhadap titik lemah serta kemampuan pribadi seseorang juga merupakan bagian dari kesadaran diri. Adapun ciri orang yang mampu mengukur diri secara  akurat adalah:
(a)  Sadar tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya.
(b) Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman.
(c)  Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima perspektif  baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri sendiri.
(d)  Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri sendiri dengan perspektif yang luas dengan pandai menangani kesedihan (Goleman, 2002:97).
Kesadaran diri memang penting apabila seseorang ceroboh, tidak memperhatikan dirinya secara akurat, maka hal itu akan merugikan dirinya dan berdampak negatif  bagi oarang lain. Oleh sebab itu, manusia harus pandai-pandai mencari tahu siapa dirinya. Kesadaran diri juga tidak lepas dari rasa percaya diri. Percaya diri memberikan asuransi mutlak untuk terus maju. Walaupun demikian, percaya diri bukan berarti nekad. Menurut Goleman (2002:110-111),  rasa percaya diri erat kaitannya dengan “efektivitas diri”, penilaian positif  tentang kemampuan kerja diri sendiri. Efektifitas diri cenderung pada keyakinan seseorang mengenai apa yang ia kerjakan dengan menggunakan keterampilan yang ia miliki.
Percaya diri memberi kekuatan untuk membuat keputusan yang sulit atau menjalankan tindakan yang diyakini kebenarannya. Tidak adanya percaya diri dapat menjadikan rasa putus asa, rasa tidak berdaya, dan meningkatnya keraguan pada diri sendiri. Adapun ciri  dari orang yang memiliki rasa percaya diri adalah:
(a)  Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan keberadaannya.
(b) Berani menyuarakan pandangan yang tidak populer dan bersedia berkorban demi kebenaran.
(c)  Tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan (Goleman, 2002:107).
Adanya kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi pemahaman diri. Adapun ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat manusia berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih baik tentang perasaannya adalah pengendali yang handal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan. Keputusan masalah pribadi maupun profesi. Kesadaran diri  tidak lain adalah kemampuan untuk mengetahui keadaan internal. Kesadaran diri sangat penting dalam pembentukan konsep diri yang positif. Konsep diri adalah pandangan pribadi terhadap diri sendiri, yang mencakup tiga aspek yaitu :
(a)  Kesadaran emosi,  yaitu tahu tentang bagaimana pengaruhnya emosi terhadap kinerja, dan kemampuan menggunakan nilai-nilai untuk memandu pembuatan keputusan.
(b) Penilaian diri secara akurat, yaitu perasaan yang tulus tentang kekuatan-kekuatan dan batas-batas pribadi, visi yang jelas tentang mana yang perlu diperbaiki, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman orang lain.
(c)  Percaya diri  yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri.

Menurut dasar inilah maka bagi seorang siswa-siswi SMK yang nantinya akan menjadi calon drafter diharapkan mempunyai sikap kesadaran diri yang kuat, agar nantinya dapat menunjang kehidupan dari para siswa-siswi dalam lingkungan pekerjaannya maupun dilingkungan masyarakat. Rasa percaya diri yang tinggi, dan dapat mengetahui apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan dari siswa itu sendiri dapat menjadi acuan untuk seorang siswa dalam melaksanakan KBM MPL-TL agar cara belajar mereka dapat lebih maksimal. Peserta didik akan mengetahui cara mengatasi kelemahan dan kelebihan mereka dalam KBM MPL-TL.
b. Pengaturan Diri
Menurut Goleman dalam bukunya Kecerdasan Emosional (2002:111-112) pengaturan diri adalah pengelolaan impuls dan perasaan yang menekan. Dalam kata Yunani kuno, kemampuan ini disebut sophrosyne, “hati-hati dan cerdas dalam mengatur kehidupan, keseimbangan, dan kebijaksanaan yang terkendali” sebagaimana yang diterjemahkan oleh Page Dubois, seorang pakar bahasa Yunani (Goleman, 2002:77).
Menurut Goleman, lima kemampuan pengaturan diri yang umumnya dimiliki oleh star performer adalah pengendalian diri, dapat dipercaya, kehati-hatian, adaptabilitas, dan inovasi (Goleman, 2002:77).
1)        Pengendalian Diri
Pengendalian diri adalah mengelola dan menjaga agar emosi dan impuls yang merusak tetap terkendali. Orang-orang yang memiliki  kecakapan pengendalian diri ini adalah sebagai berikut :
(a)  Mengelola dengan baik perasaan-perasaan  impulsif dan emosi-emosi yang menekan.
(b) Tetap teguh, berpikir positif, dan tidak goyah bahkan dalam situasi yang paling berat.
(c)  Berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendali dalam tekanan (Goleman, 2002:130-131).
1)         
2)        Dapat dipercaya dan kehati-hatian yaitu memelihara norma kejujuran dan integritas. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Bertindak menurut etika dan tidak pernah mempermalukan orang.
(b) Membangun kepercayaan lewat keandalan diri dan otentisitas.
(c)Mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan tidak etis orang lain.
(d)  Berpegang kepada prinsip secara teguh bahkan bila akibatnya adalah menjadi tidak disukai (Goleman, 2002:142-144).
1.         
2.         
1)         
2)         
3)        Kehati-hatian, yaitu dapat diandalkan dan bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Memenuhi komitmen dan mematuhi janji.
(b) Bertanggung jawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan mereka.
(c)  Terorganisasi dan cermat dalam bekerja.
1.         
2.         
3.         
1)         
2)         
3)         
4)        Adaptabilitas
Adaptabilitas yaitu keluwesan dalam menanggapi perubahan dan tantangan. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Terampil menangani beragamnya kebutuhan, bergesernya prioritas, dan pesatnya perubahan.
(b) Siap mengubah tanggapan dan taktik  untuk menyesuaikan diri dengan keadaan.
(c)  Luwes dalam memandang situasi (Goleman, 2002:151).
Adaptabilitas menurut keluwesan dalam mempertimbangkan bermacam-macam perspektif untuk suatu situasi  pada gilirannya. Keluwesan ini tergantung pada ketangguhan emosi atau kemampuan untuk tetap merasa nyaman dalam ambiguitas dan tetap tenang dalam menghadapi sesuatu yang tidak terduga. Orang yang  kemampuannya kurang dalam menyesuaikan diri akan dihantui ketakutan, kecemasan, ketidaknyamanan yang mendalam akibat perubahan. Adapun berubahnya realitas merupakan bagian dari kehidupan yang  tidak terelakkan, terutama dalam dunia bisnis. Kecakapan lain yang mendukung adaptabilitas adalah  rasa percaya diri, khususnya kepastian yang  memungkinkan seseorang dengan cepat  mengatur tanggapan yang sesuai, dan melepaskan apa saja tanpa pertimbangan terlalu banyak. Adapun kecakapan lain yang berhubungan dengan adaptabilitas adalah inovasi (Goleman, 2002:157-158).
1.         
2.         
3.         
4.         
1)         
2)         
3)         
4)         
5)   Inovasi yaitu bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan dan pendekatan-pendekatan baru, serta informasi terkini. Orang dengan kecakapan ini :
(a)  Selalu mencari gagasan baru dari berbagai sumber.
(b) Mendahulukan solusi-solusi yang orisinal pemecahan masalah.
(c)  Menciptakan gagasan-gagasan baru.
(d)  Berani mengubah wawasan dan mengambil resiko akibat pemikiran baru mereka (Goleman, 2002:151).
Tindakan inovatif  memerlukan unsur kognitif dan emosi. Bisa mempunyai wawasan kreatif merupakan unsur kognitif. Adapun untuk merasakannya memerlukan kecakapan  emosi, seperti percaya diri dan ketekunan.
Berkaitan dengan adanya unsur emosi dalam proses inovasi, Goleman menambahkan  bahwa landasan emosi  seorang inovator adalah senang menikmati orisinalitas. Pada saat orang lain sibuk bergelut dengan hal-hal remeh, dan merasa ketakutan yang luar biasa terhadap resiko gagasan barunya, seorang inovator dapat dengan cepat mengidentifikasi isu-isu penting  dan menyederhanakan masalah yang  semula tampak  sangat rumit (Goleman, 2002:150).
Secara sederhana, Goleman membagi tahapan penting dalam inovasi ini. Dalam dua tahapan  pertama inisiasi yaitu munculnya gagasan cemerlang. Kedua, implementasi yaitu mewujudkan gagasan tersebut (Goleman, 2002:165). Hasil refleksi ini juga bisa menjadi aspek kognitif dalam pembentukan sikap dan membuat sikap semakin tertanam dalam batin siswa. (Winkel,S.J.,WS: 2004:212).
Dengan seorang siswa memiliki sikap pengaturan diri yang baik, maka akan muncul sikap baik yang penting dibutuhkan seorang manusia yaitu sebuah kejujuran dan membangun kehidupan yang gagal agar menjadi baik kembali, sikap seperti itulah yang sekarang telah luntur dan kewajiban untuk seorang generasi bangsa yaitu membangun kembali dan membudayakan sikap seperti itu untuk dirinya sendiri dan misinya untuk membiasakan sikap jujur dan bangkit kembali kepada generasi selanjutnya. Sikap jujur dan bangkit juga sangat diperlukan dalam proses pembelajaran KBM MPL-TL, karena dengan bersikap mengatur diri untuk menjadi lebih baik maka secara langsung kehidupan seorang siswa akan menjadi lebih baik untuk perkembangan pendidikannya ataupun nantinya untuk mereka dilingkungan pekerjaan yang mana manusia jujur dan dapat mengatasi masalah-masalah dengan sikap bangkit kembali akan lebih disukai dilingkungan pekerjaan.

c.  Motivasi
Motivasi yaitu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun  menuju sasaran, membantu untuk mengambil inisiatif untuk bertindak secara efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan atau frustasi (Goleman, 2002:514).
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting yang berkaitan dengan memberi perhatian, memotivasi diri sendiri, menguasai diri sendiri, dan berkreasi.
Untuk menumbuhkan motivasi seseorang perlu adanya kondisi flow pada diri orang tersebut. Flow adalah keadaan lupa sekitar, lawan dari lamunan dan kekhawatiran, bukannya tenggelam dalam kesibukan yang tak tentu arah. Momen flow tidak lagi bermuatan ego. Orang yang dalam keadaan flow menampilkan penguasaan hebat terhadap apa yang mereka kerjakan, respon mereka sempurna  senada dengan  tuntutan yang selalu berubah dalam tugas itu, dan meskipun  orang menampilkan puncak kinerja saat sedang flow, mereka tidak lagi peduli pada bagaimana mereka bekerja, pada fikiran sukses atau gagal. Kenikmatan  tindakan itu sendiri yang  memotivasi mereka (Goleman, 2002:128).
Flow merupakan puncak kecerdasan emosional. Dalam flow emosi tidak hanya ditampung dan disalurkan, akan tetapi juga bersifat mendukung, memberi tenaga, dan selaras dengan tugas yang dihadapi. Terperangkap dalam kebosanan, depresi, atau kemeranaan kecemasan menghalangi tercapainya keadaan flow.
Menurut Goleman (2002:128-129), salah satu cara untuk mencapai flow adalah dengan sengaja memusatkan perhatian sepenuhnya pada tugas yang sedang dihadapi. Keadaan konsentrasi tinggi merupakan  inti dari kinerja yang flow.
Flow merupakan keadaan yang bebas dari gangguan emosional, jauh dari paksaan, perasaan penuh motivasi yang ditimbulkan oleh ekstase ringan. Ekstase itu tampaknya merupakan  hasil samping dari fokus perhatian yang merupakan hasil prasyarat keadaan flow.
Mengamati seseorang yang dalam keadaan flow memberi kesan bahwa yang sulit itu mudah, puncak performa tampak alamiah dan lumrah. Ketika dalam keadaan flow otak berada pada keadaan  “dingin”.
Adapun selain itu yang berkaitan dengan motivasi adalah optimisme. optimisme seperti harapan berarti memiliki pengharapan yang kuat bahwa secara umum, segala sesuatu dalam kehidupan akan sukses kendati ditimpa kemunduran dan frustasi. Dari titik pandang kecerdasan emosional, optimisme merupakan sikap yang menyangga orang agar  jangan sampai jatuh dalam kemasabodohan, keputusasaan atau depresi bila dihadang kesulitan, karena optimisme membawa keberuntungan dalam kehidupan asalkan optimisme itu realistis. Karena optimisme yang naif membawa malapetaka (Goleman, 2002:123).
Orang yang optimis memandang kemunduran sebagai akibat  sejumlah faktor yang bisa diubah, bukan kelemahan atau kekurangan pada diri sendiri. Berbeda dengan orang pesimis yang memandang kegagalan sebagai penegasan atas sejumlah kekurangan fatal dalam diri sendiri yang tidak dapat diubah. Menurut Goleman (2002:196), ciri-ciri dari orang yang memiliki  kecakapan optimis adalah sebagai berikut: 
(a)  Tekun dalam mengejar sasaran kendati banyak halangan dan kegagalan.
(b) Bekerja dengan harapan untuk sukses bukannya takut gagal.
(c)  Memandang kegagalan atau kemunduran sebagai situasi yang dapat dikendalikan  ketimbang sebagai kekurangan pribadi (Goleman, 2002:196).
Kerabat dekat optimisme adalah harapan. Harapan yaitu mengetahui langkah-langkah yang diperlukan untuk meraih sasaran dan memiliki semangat serta energi untuk menyelesaikan tingkah-tingkah tersebut, harapan merupakan daya pemotivasi utama, maka ketidakhadirannya membuat orang tak berdaya. Pada dasarnya ada empat kemampuan motivasi yang harus dimiliki.  (Goleman,2002:181-182), yaitu:
1)        Dorongan prestasi yaitu dorongan untuk meningkatkan atau memenuhi standar keunggulan. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Berorientasi pada hasil, dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar.
(b) Menciptakan sasaran yang menantang dan berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan.
(c)Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidakpastian dan mencari cara yang lebih baik.
(d)  Terus belajar untuk meningkatkan kinerja yang lebih baik (Atkinson,1987:26).
1)         
2)   Komitmen, yaitu menyelaraskan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Siap berkorban demi sasaran lembaga yang lebih penting.
(b) Merasakan dorongan semangat dalam misi yang lebih besar.
(c)  Menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan keputusan dan penjabaran pilihan-pilihan.
(d)  Aktif mencari peluang guna memenuhi misi kelompok
1)         
2)         
3)    Inisiatif (initiative), yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Siap memanfaatkan peluang.
(b) Mengejar sasaran lebih dari yang dipersyaratkan atau diharapkan dari mereka.
(c)  Berani melanggar batas-batas dan aturan-aturan yang tidak prinsip bila perlu, agar tugas dapat dilaksanakan.
(d)  Mengajak orang lain melakukan sesuatu yang tidak lazim dan bernuansa petualangan.
1)         
2)         
3)         
4)   Optimisme, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Tekun dalam mengejar sasaran kendati banyak halangan dan kegagalan.
(b) Bekerja dengan harapan untuk sukses bukannya takut gagal.
(c)  Memandang kegagalan atau kemunduran sebagai situasi yang dapat dikendalikan  ketimbang sebagai kekurangan pribadi (Goleman, 2002:181-196 & 214).
Atas dasar inilah motivasi akan terwujud, jika di khususkan pada peserta didik kemampuan pendidik juga berperan penting dengan cara mewujudkan usaha untuk meningkatkan motivasi siswa terutama dalam proses KBM dikelas dengan Mata Diklat MPL-TL dengan cara inilah secara kognitif dan afektif siswa bisa berjalan dengan seimbang dan akan menghasilkan proses pembelajaran yang dapat diterima siswa dengan baik, peranan pendidik diantaranya yaitu dengan cara membina hubungan yang akrab dengan siswa, menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu diatas daya tangkap siswa, namun juga tidak jauh dibawahnya, menggunakan media pengajaran yang sesuai, bervariasi dalam prosedur mengajar, namun tidak berganti prosedur yang belum dikenal siswa, dengan tiba-tiba dan tidak membodohkan siswa kalau mereka belum bisa (Winkel, 2004:213).

d. Empati
Empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain dan berfikir dengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan perasaan orang mengenai berbagai hal (Goleman,2002:428). Menurut Goleman, kemampuan mengindera perasaan seseorang sebelum yang bersangkutan mengatakannya merupakan intisari empati. Orang sering mengungkapkan perasaan mereka lewat kata-kata, sebaliknya mereka memberi tahu orang lewat nada suara, ekspresi wajah, atau cara komunikasi non-verbal lainnya. Kemampuan memahami cara-cara komunikasi yang sementara ini dibangun di atas kecakapan-kecakapan yang lebih mendasar, khususnya kesadaran diri (self awareness)  dan kendali diri (self control). Tanpa kemampuan mengindera perasaan individu  atau menjaga perasaan itu tidak membingungkan seseorang, manusia tidak akan peka terhadap perasaan orang lain (PAM Galbraith,2005:24-25).
Empati menekankan pentingnya mengindera perasaan dari perspektif orang lain sebagai dasar untuk  membangun hubungan interpersonal yang sehat. Bila kesadaran diri terfokus pada pengenalan emosi sendiri, dalam empati perhatiannya diraihkan pada pengenalan emosi orang lain. Seseorang semakin mengetahui emosi sendiri, maka ia akan semakin terampil membaca emosi orang. Dengan demikian, empati dapat dipahami sebagai kemampuan mengindera perasaan dan perspektif orang lain.
Tingkat empati tiap individu berbeda-beda. Menurut Goleman, pada tingkat yang paling rendah, empati mempersyaratkan kemampuan membaca emosi orang lain, pada tataran yang lebih tinggi, empati mengharuskan seseorang mengindera sekaligus menanggapi kebutuhan atau perasaan seseorang yang tidak diungkapkan lewat kata-kata. Diantara yang paling tinggi, empati adalah menghayati masalah  atau kebutuhan-kebutuhan yang tersirat di balik perasaan seseorang (Goleman, 2002:215).  Adapun kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan  non-verbal  seperti ekspresi wajah, gerak-gerik dan nada bicara. Hal ini terbukti dalam tes terhadap lebih dari  tujuh ribu orang di Amerika Serikat serta delapan belas negara lainnya. Dari hasil tes ini diketahui bahwa orang yang mampu membaca pesan orang lain dari isyarat non-verbal ternyata lebih pandai menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka dibandingkan dengan orang yang tidak mampu membaca isyarat non-verbal (Goleman, 2002:136).
Namun ada kalanya seseorang tidak memiliki kemampuan  berempati, empati tidak ditemukan kepada orang yang melakukan kejahatan-kejahatan sadis. Suatu cacat psikologis yang ada umumnya ditemukan pada pemerkosa, pemerkosa anak-anak, dan para pelaku tindak kejahatan rumah tangga. Orang-orang ini tidak mampu berempati, ketidakmampuan untuk merasakan penderitaan korbannya memungkinkan mereka melontarkan kebohongan kepada diri mereka sendiri sebagai pembenaran atas kejahatannya. Hilangnya empati sewaktu orang-orang melakukan kejahatan pada korbannya hampir senantiasa merupakan bagian dari siklus emosional yang mempercepat tindakan kejamnya (Goleman, 2002:149-150). Selain itu, empati tidak ditemukan pada penderita eleksitimia (ketidakmampuan mengungkapkan emosi). Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk mengetahui apa yang sedang mereka rasakan. Selain bingung dengan perasaannya sendiri, penderita eleksitimia juga bingung apabila ada orang lain yang mengungkapkan perasaan kepadanya. Secara emosional, penderita ini tuli nada, tidak bisa mendeteksi kata atau tindakan yang bersifat emosional.
Empati yang berlebihan dapat mendatangkan stres, kondisi ini disebut “empathy distruss”, stres akibat empati. Stres akibat empati ini sangat lazim terjadi bila seseorang merasakan kesusahan yang  mendalam, karena seseorang sangat empati berhadapan dengan seseorang yang sedang dalam suasana hati negatif, dan kemampuan pengaturan dirinya tidak mampu  untuk menenangkan stres akibat simpati mereka sendiri. Untuk menghindari stres ini, diperlukan suatu seni mengelola emosi, sehingga manusia tidak terbebani oleh rasa tertekan yang menular dari orang yang sedang  dihadapi (Goleman,2002:230). Menurut Goleman (2002:230-231), ada lima kemampuan empati, yaitu :
1) Memahami orang lain, yaitu mengindera perasaan-perasaan orang lain, serta mewujudkan minat-minat aktif terhadap kepentingan-kepentingan mereka. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Memperhatikan isyarat-isyarat emosi dan mendengarkannya dengan baik.
(b) Menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang lain.
(c)  Membantu berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain.
1)         
2)   Mengembangkan orang lain yaitu, mengindera kebutuhan orang lain untuk berkembang dan meningkatkan kemampuan mereka. Orang lain dengan kecakapan ini:
(a)  Mengakui dan menghargai kekuatan, keberhasilan dan perkembangan orang lain.
(b) Menawarkan umpan balik yang bermanfaat dan mengidentifikasi kebutuhan orang lain untuk berkembang.
(c)  Menjadi mentor, memberikan pelatihan pada waktu yang tepat, dan penugasan-penugasan yang menantang serta memaksa dikerahkannya keterampilan seseorang.
1)         
2)         
3)  Orientasi pelayanan yaitu mengantisipasi, mengakui, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan. Orang yang memiliki kecakapan ini:
(a)  Memenuhi kebutuhan pelanggan dan menyesuaikan semua itu dengan pelayanan atau produksi yang tersedia.
(b) Dengan senang hati menawarkan bantuan yang sesuai.
(c)  Mencari berbagai cara untuk meningkatkan kepuasan dan kesetiaan pelanggan.
(d)  Menghayati perspektif pelanggan, bertindak sebagai penasehat yang dipercaya.
1)         
2)         
3)         
4)   Memanfaatkan keragaman yaitu menumbuhkan kesempatan (peluang) melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang. Orang dengan kecakapan ini:
(a) Hormat dan mau dengan orang-orang dari berbagai macam latar belakang.
(b) Memahami beragamnya pandangan dan peka terhadap perbedaan antar kelompok.
(c)  Memandang keberagaman sebagai peluang menciptakan lingkungan yang memungkinkan semua orang sama-sama maju kendati berbeda-beda.
(d) Berani menentang sikap membeda-bedakan dan intoleransi.
1)         
2)         
3)         
4)         
5)   Kesadaran politik yaitu mampu membaca kecenderungan sosial dan politik yang sedang berkembang. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Membaca dengan cermat hubungan kekuasaan yang paling tinggi
(b) Mengenal dengan baik semua jaringan sosial yang penting.
(c)  Memahami kekuatan-kekuatan yang membentuk pandangan-pandangan serta tindakan-tindakan klien, pelanggan, atau pesaing.
(d)  Membaca dengan cermat realitas lembaga maupun realitas di luar (Goleman, 2002:219).
Disimpulkan bahwa sikap empati dalam kehidupan manusia sangat diperlukan, karena dengan sikap ini maka seseorang akan mampu membaca kecenderungan sosial orang lain dan menimbulkan sikap terpuji untuk selalu mengetahui keadaan orang lain. Sikap dapat mengetahui keadaan orang lain tidak hanya diperlukan di lingkungan masyarakat dan lingkungan pekerjaan saja, melainkan penting juga dalam proses KBM MPL-TL. Dengan seorang siswa mempunyai sikap empati maka siswa akan lebih menghargai seorang teman, mempunyai sikap sosial yang tinggi dengan teman sebayanya, dengan sikap tersebut maka, kelemahan dan kelebihan seorang siswa tidak akan ada halangan atau kesulitan kalau ada teman yang peduli dengan dirinya atau sesamanya. Dampaknya proses belajar mengajar ataupun hubungan antar siswa akan menjadi lebih baik.

e.   Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial (social skills), adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan untuk bekerjasama dalam tim.
Dalam memanifestasikan kemampuan ini dimulai dengan mengelola emosi sendiri yang pada akhirnya manusia harus mampu menangani emosi orang lain. Menurut Goleman, menangani emosi orang lain adalah seni yang mantap untuk menjalin hubungan, membutuhkan kematangan dua keterampilan emosional lain, yaitu manajemen diri dan empati. Dengan landasan keduanya, keterampilan berhubungan dengan orang lain akan matang. Ini merupakan kecakapan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tidak dimilikinya kecakapan ini akan membawa pada ketidakcakapan dalam dunia sosial atau berulangnya bencana antar pribadi. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan inilah yang menyebabkan orang-orang yang mempunyai nilai akademik yang tinggi gagal dalam membina hubungannya (Goleman,2002:158-159).   
Dalam berhubungan dengan orang lain, manusia menularkan emosinya kepada orang lain atau sebaliknya semakin terampil seseorang secara sosial, semakin baik mengendalikan sinyal yang dikirimkan.
Kesadaran sosial juga didasarkan pada kemampuan perasaan sendiri, sehingga mampu menyetarakan dirinya terhadap bagaimana orang lain beraksi. Menurut Goleman, apabila kemampuan antar pribadi ini tidak di imbangi dengan kepekaan perasaan terhadap kebutuhan dan perasaan diri sendiri serta bagaimana cara memenuhinya, maka ia akan termasuk dalam golongan bunglon-bunglon sosial yang tidak peduli sama sekali bila harus berkata ini dan berbuat itu.
Secara lebih luas, Goleman menjelaskan bahwa keterampilan sosial, yang makna intinya adalah seni menangani emosi orang lain, merupakan dasar bagi beberapa kecakapan :
1)   Pengaruh yaitu terampil menggunakan perangkat persuasi secara efektif. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Terampil dalam persuasi.
(b) Menyesuaikan prestasi untuk menarik hati pendengar.
(c)  Menggunakan strategi yang rumit seperti memberi pengaruh tidak langsung untuk membangun konsensus dan dukungan.
(d)  Memadukan dan menyelaraskan peristiwa-peristiwa dramatis agar menghasilkan sesuatu yang efektif.
1)         
2)  Komunikasi, yaitu mendengarkan serta terbuka dan mengirimkan pesan serta meyakinkan. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Efektif dalam memberi dan menerima, menyertakan isyarat emosi dalam pesan-pesan.
(b) Menghadapi masalah-masalah sulit tanpa ditunda.
(c)  Mendengarkan dengan baik, berusaha untuk saling memahami, dan bersedia berbagi informasi secara utuh.
(d)  Menggalakkan komunikasi terbuka dan tetap bersedia menerima kabar buruk sebagai kabar baik.
1)         
2)         
3)  Manajemen konflik, yaitu merundingkan dan menyelesaikan ketidaksepakatan. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Menangani orang-orang sulit dan situasi tegang dengan diplomasi dan taktik.
(b) Mengidentifikasi hal-hal yang berpotensi menjadi konflik, menyelesaikan perbedaan pendapat secara terbuka, dan membantu mendinginkan situasi.
(c)  Menganjurkan debat dan diskusi secara terbuka.
(d)  Mengantar ke solusi menang-menang.
1)         
2)         
3)         
4)   Kepemimpinan, yaitu mengilhami dan membimbing individu atau kelompok. Orang dengan kecakapan:
(a)  Mengartikulasikan (kata-kata jelas) dan membangkitkan semangat untuk meraih visi serta misi bersama.
(b) Melangkah di depan untuk memimpin bila diperlukan, tidak peduli sedang di mana.
(c)  Memadu kinerja orang lain namun tetap memberikan tanggung jawab kepada mereka.
(d)  Memimpin kuat teladan.
1)         
2)         
3)         
4)         
5)  Katalisator perubahan, yaitu mengawali atau mengelola perubahan. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Menyadari perlunya perubahan dan dihilangkannya hambatan.
(b) Menantang status quo untuk mengatakan perlunya perubahan.
(c)  Menjadi pelopor perubahan dan mengajak orang lain ke dalam perjuangan itu.
(d)  Membuat model perubahan seperti yang diharapkan oleh orang lain.
1)         
2)         
3)         
4)         
5)         
6)  Membangun hubungan, yaitu menumbuhkan hubungan yang bermanfaat. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Menumbuhkan dan memelihara jaringan tidak formal yang meluas.
(b) Mencari hubungan-hubungan yang saling menguntungkan.
(c)  Membangun dan memelihara persahabatan pribadi di antara sesama mitra kerja.
1)         
2)         
3)         
4)         
5)         
6)         
7)   Kolaborasi dan kooperasi, yaitu kerja sama dengan orang lain demi tujuan bersama.
(a)  Menyeimbangkan pemusatan perhatian kepada tugas dengan perhatian kepada hubungan.
(b) Kolaborasi berbagai rencana, informasi, dan sumber daya.
(c)  Mempromosikan iklim kerja sama yang bersahabat.
(d)  Mendeteksi dan menumbuhkan peluang-peluang untuk kolaborasi.
1)         
2)         
3)         
4)         
5)         
6)         
7)         
8)   Kemampuan tim, yaitu menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama. Orang dengan kecakapan ini:
(a)  Menjadi teladan dalam kualitas tim seperti memberikan perhatian, kesediaan membantu orang lain, dan kooperasi.
(b) Mendorong setiap anggota tim berpartisipasi secara aktif dan penuh antusiasme.
(c)  Membangun identitas tim, semangat kebersamaan dan komitmen (Goleman,2002:271-350). 

Atas dasar inilah seorang siswa harus mempunyai sikap keterampilan sosial meskipun dalam kapasitas kecil, karena dengan manusia khususnya siswa SMK mempunyai sikap keterampilan sosial yang dikelola dengan baik maka tidak salah kalau nantinya peserta didik tersebut bisa menjadi seorang pemimpin atau seorang motivator untuk diri sendiri dan orang lain dilingkungan orang itu berada. Dalam konteks seorang siswa, akan menghasilkan seorang siswa yang mampu untuk menjadi pemimpin dikelasnya, pemimpin diskusi, pemimpin belajar, pemimpin diskusi dan yang paling penting pembahasan pendidikan karakter ini adalah dengan seorang siswa menjadi seorang yang sukses dengan mengelola kecerdasan emosionalnya sendiri, maka kecerdasan yang lain meliputi IQ, ESQ dan sebagainya akan selalu mengikuti dan menghasilkan generasi muda bangsa Indonesia yang sukses sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015 serta UU No. 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Seluruh ciri-ciri manusia yang memiliki EQ tinggi sebagaimana dirumuskan Goleman (2002:50) merupakan ciri yang harus dimiliki oleh para star performer, tetapi juga dapat diterapkan pada segala aktivitas termasuk dalam berdakwah dalam tatanan agama. Dalam hal ini Goleman menyatakan bahwa aturan kerja ini telah berubah, manusia dinilai berdasarkan tolak ukur baru, tidak hanya berdasarkan tingkat kepandaian, atau berdasarkan pelatihan dan pengalaman, tetapi juga berdasarkan sikap baik mengelola diri sendiri dan berhubungan dengan orang lain. Aturan hampir tidak berhubungan dengan yang dahulu dianggap penting saat menuntut ilmu. Kemampuan akademik hampir tidak berkaitan dengan standar ini. Alat ukur baru ini sudah dengan teknik yang memadai untuk mengerjakan tugas-tugas, namun berbeda dengan yang lama, alat ukur baru ini memusatkan perhatian pada kualitas pribadi.  Hal ini dapat dilihat dengan adanya ciri-ciri EQ yang dikemukan Goleman, seperti kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi dibandingkan dengan kecakapan sosial (empati dan keterampilan sosial).
Adanya ciri-ciri tersebut di atas, juga telah memperlihatkan hubungan antara kelima dimensi kecerdasan emosi dan dua puluh lima kecakapan emosi. Dan analisis skala yang ditetapkan Goleman tidak seorangpun yang sempurna melaksanakan mempunyai profil kekuatan dan batas-batas sendiri. Untuk itu yang harus dilakukan adalah bagaimana belajar untuk terus berbenah diri menjadi profil yang ideal.