TAHAP PERKEMBANGAN ILMU
Dewasa ini perkembangan dalam berbagai ranah keilmuan mengalami perubahan yang sangat signifikan. Kemudahan transportasi, informasi dan komunikasi dalam bidang teknologi misalnya, menjadi ciri khas gambaran peradaban canggih manusia saat ini. Dari kemajuan ini terlahir cabang-cabang ilmu baru dan membentuk spesifikasi-spesifikasi dalam konsentrasinya sendiri. Namun demikian sedikit orang yang sadar secara kritis memahami implikasi dari kemajuan tersebut. Seringkali kita melihat antara cabang keilmuan satu memandang rendah kepada cabang keilmuan lainnya. Suatu paradigma yang secara tidak langsung terkonsep pada pola perkembangan suatu studi keilmuan. Memandang permasalahan di atas, penting bagi kita untuk menelitik lebih dalam terkait hakikat ilmu itu sendiri. Salah satunya dengan memahami kronologis historis sejarah dan perkembangan pengetahuan mulai dari era klasik, tengah dan modern. Sehingga dengan memahami hal tersebut tidak menjadikan kita sebagai seorang yang memiliki pandangan picik terhadap studi keilmuan tertentu. Mengenai kronologis historis sejarah dan perkembangan pengetahuan akan dijabar menurut tahapan fase-fasenya, mulai dari zaman klasik, tengah hingga zaman modern.
Sejarah Perkembangan Ilmu Zaman Klasik
Perkembangan ilmu zaman Klasik, dimulai pada masa kerajaan Yunani. Peralihan dari pola pikir mitosentris yakni kepercayaaan terhadap dewa-dewa menjadi pola pikir logosentris penggunaaan ilmu dalam menggungkap rahasia alam semesta. Perubahan pola pikir ini dimulai dengan mempertanyakan apa sebenarnya asal-usul alam semesta. Oleh sebab itu beberapa ahli yang mengutarakan pendapat ini digolongkan dalam filsafat alam. Adapun tokoh-tokoh secara sistematis diurutkan sesuai dengan masanya. 1. Thales (624 – 546 SM); merupakan filosof alam pertama dan dijuluki sebagai bapak filsafat, orang yang pertama kali mempertanyakan apa sebenarnya asal-usul alam semesta. Menurut pendapatnya air sebagai asal alam semesta. 2. Anaximandros (610 – 540 SM); menyatakan alam merupakan substansi pertama yang kekal, tidak terbatas dan meliputi segalanya (apeiron). Terbentuknya alam semesta tidak sebatas anasir tertentu melainkan sebuah kesatuaan primitif semua substansi. 3. Heraklitos (540 – 480 SM); ia menyatakan alam semesta bersifat dinamis dalam sebuah peryataannya yang termansyurnya “panta rhei uden menei” yang artinya semua mengalir dan tidak ada satupun yang tinggal mantap. Pembentukan alam semesta menurutnya tidak terletak pada bahan melainkan aktor dan penyebabnya, api merupakan simbol perubahan itu. 4. Parmenides (515 – 440 SM); Realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah . Kebenaran suatu pendapat diukur dengan logika. Alam semesta menurutnya tidak bergerak, tetap diam karena alam hanya satu adapun gerak yang terlihat adalah semu. Dari pandangan ini melahirkan prinsip panteisme dalam memandang realitas. 5. Pythagoras (580 – 500 SM); kunci pemahaman tentang alam semesta terletak pada angka-angka, karena segala sesuatu adalah angka. Ia menggunakan pendekatan matematis dalam mengukur kenbenaran dan akurasi sebuah ilmu. Setelah masa filsafat alam berakhir muncul masa transisi yang tidak hanya mempertanyakan segala sesuatu tentang alam semesta, tetapi telah menjurus pada penyelidikan tentang manusia. Manusia merupakan ukuran kebenaran pendapat ini diwakili oleh kaum sofis. Adapun pemikiran para filsuf ini yaitu: 1. Protagoras (481 – 401SM); manusia adalah ukuran kebenaran, tulang punggung humanisme, tidak ada ukuran yang absolut. Kebenaran bersifat subyektif dan relatif. 2. Georgias ( 483 – 375 SM); ia menyatakan 3 konsep preposisi yaitu: realitas tidak ada tidak ada yang ada, bila sesuatu itu ada ia tak akan dapat diketahui sebab indra sumber ilusi, sekalipun realitas dapat diketahui ia takkan dapat diberitahukan pada orang lain. Hal ini melahirkan prinsip nihilisme. Berakhirnya pemikiran kaum sofis membawa babak baru dalam pemikiran dikalangan kaum filsuf, muncul pemikiran kreatif dan kritis tentang manusia, suatu kebenaran yang dipandang objektif tergantung pada manusia. Pengaruh ini memunculkan pemikir-pemikir baru dalam kajiannya seperti: 1. Socrates (470 – 399 SM); ia menilai kebenaran objektif dengan menggunakan metode dialog yang bersifat praktis, terkait pengujian terhadap diri sendiri sebagai dasar penelitian dan pembahasannya dengan slogan “kenalilah dirimu sendiri”. 2. Plato (429 – 347 SM); ia menyatakan esensi mempunyai realitas, mensistesa pandangan Heraklitos dan Parmenides. Realitas terdiri dari dua lapisan empiris dan dunia akal atau ide yang bersifat abadi. 3. Aristoteles (384 – 322 SM); puncak kejayaan filsafat Yunani. Logika, Matematika dan Metafisika dipersatukan melalui analisis silogisme penggunaan logika deduktif sebagai acuan pengukuran valid tidaknya sebuah pemikiran. Aristoteles disebut sebagai bapak ilmu karena jasanya meletakkan dasar-dasar dan metode ilmiah secara sistematis.
Sejarah Perkembangan Ilmu Zaman Pertengahan
Perkembangan ilmu pada zaman Pertengahan dimulai pada sekitar abad ke 15 atau 16 Masehi. Fase ini disebut juga masa Reinainsans atau masa Pencerahan, hal ini tidak terlepas dari upaya melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang membelenggu kebebasan kebenaran filsafat dan ilmu pada saat itu. Penemuan – penemuan dalam berbagai bidang ilmu khususnya terkait dengan ilmu pasti. Memunculkan nama-nama besar seperti: 1. Nicholas Copernicus (1473 – 1543); yang mencetuskan prinsip Heliosentrisme membawa revolusi besar tentang alam semesta. 2. Tybrahe ( 1546 – 1601); pencetus dalam bidang Astronomi. 3. John Keppler dalam bidang Astrologi menyatakan lintasan berbentuk elips. 4. Galileo(1546 – 1642); penemu teropong bintang peletak dasar subyektif ia menyatakan ilmu pada umumnya tidak dapat memeriksa sifat kehidupan, tidak dapat diukur dan tidak dapat ditemukan satuannya. 5. Napier (1550 – 1617); pencetus logaritma. 6. Descartes (1593-1666); pencetus projeksi geometri.
Sejarah Perkembangan Ilmu Zaman Modern
Perkembangan ilmu pada zaman Modern terletak pada rentang abad 17 sampai 19 masehi. Dikatakan dalam buku filsafat ilmu karya Amsal Bakhtiar perkembangan ilmu pada zaman Modern dan zaman Pertengahan memiliki perbedaaan tipis. Perkembangan ini merupakan dampak dari revolusi indusri yang terjadi besar-besaran di berbagai daerah-daerah Eropa. Penemuan mesin uap pertama kali oleh James Watt membawa terobosan dari pola masyarakat agraris yang bersifat swadaya menuju masyarakat kapitalis, mesin memegang peranan vital dalam perindustrian ini. Lahirnya basic keilmuan yang bersifat Empirisme dan Rasionalisme. Faham Empirisme lahir melalui proses penyatuan pengalaman yang konkret dengan menggunakan analisis induktif yakni penarikan suatu pola pengalaman yang bersifat khusus mengarah pada pola yang bersifat umum. Sedangkan faham Rasionalisme lahir sebagai akibat dari pengamatan sistematis dan kritis dengan mempergunakan akal sebagai indikatornya. Pemikiran ini dicetuskan oleh tokoh-tokoh seperti Francis Bacon yang menyatakan pengetahuan adalah kuasa dan mengkritik teori-teori abstrak model abad pertengahan. Thomas Hobbes atau lebih dikenal dengan bapak totalitarianisme modern karena mengajarkan bahwa pada hakikatnya manusia memiliki watak mementingkan diri sendiri. Sekitar abad 18 muncul berbagai keilmuan baru dan lebih spesifikasi seperti ilmu Taksonomi, Ekonomi, Kalkulus dan Statistika. Demikian kronologis historis sejarah dan perkembangan ilmu pengetahuan pada masa klasik, tengah dan modern.
*Dirangkum dari buku Filsafat Ilmu karya Amsal Bakhtiar, Jakarta: Rajawali Press, 2009.